Minggu, 26 Oktober 2008

MENIKAHI ANAK-ANAK ADALAH SEBUAH KESEWENANG-WENANGAN


Sepertinya rasa "geram" saya belum mereda, karena banyaknya perkara Dispensasi Kawin di PA Bantul, ternyata muncul berita Syeich Puji dari Bedono-Jambu-Semarang yang menikahi anak-anak yang masih belia. Apalagi pernikahan yang diakukan semua tidak melalui proses di KUA. Semakin bertambahlah kegeraman saya. Yang terlintas daam benak saya, selain perampasan hak sebagai anak, juga apa perlindungan bocah ini sebagai istri?

Sebelum kita bicara lebih lanjut, saya kemudian mencoba menelpon teman saya yang pernah menjadi tetangga Syeich Puji di Bedono. Ya....semacam ngrumpiin sang Syech. Walau selama ini aku mengenal teman saya ini sebagai laki-laki yang tidak anti poligami, tapi ketika bicarakan syech Puji, teman itu juga "marah" dan mengumpat: "Dia memang ngawur dan edan!!".

"Gimana tidak edan", lanjut teman saya."Senangnya gonta ganti istri kawin cerai adalah kesehariannya", imbuh teman saya lagi.Maka mengalirlah cerita versi teman saya atas perilaku syech Puji dalam kesehariannya. Sifat arogansi serta menyepelekan pendapat orang adalah sifat yang melekat dalam dirinya. Sebagai mantan lurah dan kemudian menjadi orang kaya sebagai penyebabnya.Menikah dengan anak-anak dari keluarga yang tidak mampu, serta orang tua dari anak yang tunduk pada syech Puji adalah pilihan istri selama ini.Soal latar belakang keagamaannya yang bukan dari pesantren bahkan mungkin dulu tak mengenal sholat sebagai penutup pembicaraan saya dengan teman saya itu.Da

Saya kemudian membayangkan anak-anakku Vansa yang berusia 10 tahun dan Caysa yag berusia 8 tahun menikah. Apa jadinya? Sangat bocah!! Rasanya mereka belum "mengenal" diri sendiri, masih pembentukan karekter serta kedewasaan, kok sudah dikawinkan!! Apa yang seych dapatkan dari bocah-bocah seperti ini? Ini kemudian tidak bisa dilegitimasi dengan menunggu anak itu sampai haid. Andai haidnya mereka berusia 12 tahun, mereka jelas-jelas belum dewasa.

Anak kecil-kecil kita itu jika kita peluk, seharusnya adalah pelukan kasih sayang, pelukan kehangatan dari orang tua pada anaknya. Bukan pelukan syahwat dari suami kepada istrinya. Apa yang anak-anak itu rasakan jika dalam usia yang sangat dini mereka sudah menjadi istri, apa yang bisa mereka perbuat? Apalagi jika mereka hamil dan meahirkan. Seharusnya mereka masih menimang boneka barbie, bukan menimang anak.

Apa yang dilakukan syech adalah tindakan semena-mena. Karena seharusnya sebagai lelaki dewasa, apalagi yang mengaku pemimpin pesantere, menjadi contoh. Jangan hanya pernikahan nabi dengan aisyah yang dijadikan contoh. Tapi pernikahan nabi dengan para janda tua juga patut ditiru. Nabi menikahi anak-anak hanya satu, selebihnya menikahi janda. Ini jika syech mendalilkan apa yang dilakukan sekarang sebagaimana pernah nabi akukan dengan menikahi Aisyah.

Kalau kita bicarakan perlindungan hukum, maka saya melihat gadis-gadis kecil kita ini adalah korban yang tragis. Karena sebagai istri, mereka tidak punya legitimasi oleh negara sebagai istri. Otomatis hak-haknya sebagai istri tak terlindungi. Apa yang bisa dituntut jika terjadi perceraian? Mereka adalah korban dari dari sebuah kesewenangan seorang laki-laki yang bernama syech Puji.

Tidak ada komentar: