DONGENG JAKA TARUB DAN NAWANG WULAN

Share

Thu 7:57pm

DONGENG JAKA TARUB DAN NAWANG WULAN

Di tepi kali yang kotor
Jaka Tarub setia duduk di balik belukar
Bukan di bawah pohon besar yang rindang
Karena pohon-pohon telah lama ditumbangkan
Habis terbakar keserakahan

Di tepi kali yang kotor bercampur sampah
Jaka Tarub memandang angkasa sepi
Penghuninya entah kemana
Jendela langit pun tak pernah lagi terbuka
Karna udara di luar begitu pengap berpolusi

Lembayung sore hari,
Eskalator langit menuju bumi
Kendaraan para bidadari pun tak lagi terbentang
Nawang Wulan dan saudaranya tak pernah lagi turun
Dan enggan mandi di kali

Maka dengan wajah penantian
Jaka berbaring diatas rerumputan
Matanya terpejam, pikirannya melayang;
Ketika si Jaka nakal ini mencuri selendang bidadari
lalu bersembunyi di balik pohon
Begitulah akhirnya ia berkenalan dengan putri Nawang Wulan
mahluk langit yang mengagumi air bumi

Sekarang dimana Jaka Tarub kan sembunyi
Berlindung dari sorot matahari
Tak ada pohon
Tak ada akar mencengkram tanah
Tak ada daun rindang
bahkan batu kali tempat ia duduk menunggu kekasih juga telah punah
Pindah ke kota menjadi gedung-gedung raksasa

Dulu di sungai ini Wulan kekasihnya berenang bersama saudaranya
Seribu satu macam ikan menghampirinya
Saling berkejaran seperti para penari India
Tubuhnya yang molek tampak di balik air kali yang bening

Sekarang tak ada bidadari
Tak ada ikan
Tak ada air bening
Tak ada

Pergilah Jaka Tarub ke rumah masa silam
Lenyap
Seperti lenyapnya hutan-hutan perkasa
Seperti hilangnya permainan anak-anak di sungai sepulang sekolah
Seperti punahnya ikan-ikan kali yang tak tahan hidup dengan sampah dan limbah

Jaka Tarub adalah saksi perubahan
Adalah saksi keserakahan
Adalah saksi pengkhianatan nanusia terhadap alam semesta

Tanyakan padanya; kenapa rimba raya yang hening
menjadi bising oleh benda-benda industri
Kenapa pohon besar diganti pohon jagung dan alang-alang
Kenapa longsor dan banjir selalu datang setiap musim menelan korban
Kenapa hujan berujung bencana
Kenapa sungai-sungai menjadi tong sampah
Kenapa air tak lagi bersahabat dengan manusia

Tapi jangan tanya kenapa proyek lingkungan selalu dimark-up dan diselewengkan
Karna Jaka Tarub adalah manusia purba
Yang setia menjaga alam hanya dengan cinta
Bukan dengan APBN atau APBD
Ia hidup dengan aturan semesta
Bukan dengan Undang-undang atau PERDA

Bandung, 21 Desember 2005
Cecep Suhaeli