Senin, 22 Juni 2009

BALADA WANITA "PESELINGKUH ULUNG"

Wanita setengah baya itu hanya bisa meneteskan airmata setiap bertutur. Tetesan-tetesan airmata ketakberdayaan. Tetesan yang diharapan melulurkan beban yang begitu menyesakkan dadanya, beban yang menghimpit jiwa raganya, beban yang rasanya tak mampu diembannya.

Wanita itu, Suprapti berusia 42 tahun, dengan 3 anak yang beranjak remaja, bersuamikan seorang Suprapto yang telah menyuntingnya 17 tahun silam. Wanita itu merasa selama ini Suprapto telah menyakiti jiwa raganya, menyakiti hatinya, menyakiti perasaannya, tapi semua itu tetap dipertahankan demi tiga anaknya yang menjadi permata hatinya.

Suprapti bukanlah wanita yang hanya berpangku tangan,yang setiap harinya merias diri demi kecantikan yang ada dalam dirinya. Suprapti bukanlah wanita gedongan yang dikelilingi para emban yang dengan setia melayani keperluannya, tapi Suprapti adalah wanita tangguh yang mempunyai tanggung jawab menghidupi ketiga anaknya, dan mengusahakan semua kebutuhan anaknya tercukupi dan terpenuhi tanpa kurang, hanya satu keinginan Suprapti: anak-anaknya bahagia dan senang.

Lalu apa wujud tanggung jawab Suprapto dalam rumah tangga? Ya...Suprapto adalah lelaki yang bekerja, yang tiap hari keluar rumah untuk bekerja, tapi Suprapti selama ini tak merasa diberi nafkah oleh Suprapto. Karena Suprapto memang tak pernah memberi nafkah dalam bentuk uang secara riil pada Suprapto. Bagi Suprapto, dengan membayar uang sekolah anak sudah merupakan bentuk tanggung jawab seorang bapak bagi anaknya. Suprapto tak pernah berpikir bahwa anak juga perlu makan agar bisa sekolah. Tapi sudahlah...Suprapti tak memasalahkan itu semua.

Bagi Suprapti, tetesan-tetesan keringatnya begitu diikhlaskan buat anak-anaknya. Baginya selama anak-anaknya masih menyunggingkan sedikit senyum baginya sudahlah nilai yang tak terhingga, kebahagiaan yang tak terbayarkan oleh apapun. Suprapti akan berbuat apapun demi anak-anaknya, karena anak baginya adalah sebuah tanggung jawab yang harus dijaga dan dirawatnya dengan baik.

Airmata Suprapti semakin mengucur deras, jika melihat dan menerima sikap Suprapto padanya. SIkap-sikap yang begitu arogan, sikap keangkuhan dari seorang laki-laki. Sikap sok suci,sok bertanggung jawab dan sok religius. Betul-betul arogansi dari seorang suami kepada istrinya. Yang lebih menyakitkan adalah setiap terjadi gesekan komunikasi, maka sumpah serapah akan keluar dari mulut Suprapto, dan tak pernah lupa adalah:"Kamu peselingkuh ulung".

Jika Suprapto marah, selalu dan selalu mengatakan "kamu peselingkuh ulung", Suprapti hanya bisa diam, hanya (lagi-lagi) tetes airmata yang bisa mewakilkan rasa sakit hati Suprapti. "Betulkah aku selingkuh?" itu yang ada dalam hati Suprapti. Ya.....aku memang mencintai dan menyayangi mantan kekasih ketika SMA. Kekasih yang memberi cinta dan kasih sayang. Tapi apakah memendam rasa cinta itu sebuah perselingkuhan?

Yang Suprapti tahu, bahwa perselingkuhan itu jika antara wanita dan pria itu pergi jalan-jalan, bergandengan mesra, berpelukan, berciuman seperti yang biasa Suprapti saksikan di sinetron-sinetron televisi. Tapi apa yang dilakukan Suprapti dengan Suparto mantan pacarnya dulu? Ya....mereka hanya saling sms. Sms dari hp butut pemberian teman Suprapti. Itupun harus banyak membatasi, karena Suprapti berpikir dengan pulsa yang harus dibeli jika keasyikan sms.

Tapi kenapa Suparto begitu berang dengan sms Suprapti kepada Suparto? "Kenapa mas Suprapto begitu emosi jika marah dan menghujat perselingkuhanku dengan mas Suparto?"pertanyaan yang tak butuh jawaban, karena hanya keluar dari hati yang begitu tersakiti.

Suprapti mengakui, kadang bahasa-bahasa smsnya dengan Suparto memang ada kemesraan, ada cinta yang terpendam, ada cinta yang masih berharap dipersatukan, tapi itu semua hanya dalam bahasa sms. Dirinya dan Suparto tak bisa leluasa bertemu. Jarak antara mereka begitu jauh, dan rasanya tak mungkin dijangkau oleh motor butut Suprapti yang sering kering karena kehabisan bensin. "Ah.......kami hanya punya cinta dalam hati, tapi kami tak pernah selingkuh raga", demikian tutur Suprapti.

Suprapto tak perdulikan itu semua, kata-kata peselingkuh ulung masih kerap keluar dari bibir Suprapto yang tak pernah punya senyum untuk Suprapti, dan lagi-lagi Suprapti hanya bisa meneteskan airmata, dan menguatkan hati:"ikhlaskan apa yang dikatakan Suprapto, ikhlaskan....karena yang benar akan tetap benar, yang salah akan muncul sebagai sebuah kesalahan".

Bagi Suprapti, hidupnya hanya untuk anak-anaknya....dia berjuang demi ketiga buah hatinya yang begitu menyemangati hidupnya, karena baginya ketiga anaknya adalah jiwa yang menghantarkan dirinya untuk masih punya keinginan menghirup nafas kehidupan. Kekerasan fisik baginya bukanlah hal yang tak pernah terjadi. Berulangkali Suprapto telah mengusir dari rumah yang dibeli dari tetesan-tetesan keringat Suprapti. Suprapti lagi-lagi hanya bisa diam, karena sesungguhnya Suprapti mampu untuk beranjak dari rumah yang dibangun dari kerja kerasnya. Bagi Suprapti, dengan sedikit kerja keras lagi, dia bisa mendapatkan rumah yang bisa dihuninya lagi. Tapi itu semua tidak dilakukan, karena baginya anak-anaknya adalah segalanya. Dia tidak mampu meninggalkan anak-anaknya, dia tidak tega melihat anaknya tak terawat, karena dia yakin Suprapto tak mampu memberi makan seperti diirinya memberi makan pada anak-anaknya. Penghasilan Suprapto tak mampu untuk memberi "nilai lebih" pada sebuah suguhan.

Suprapti bukan tak punya reaksi, apalagi seluruh keluarganya telah meminta dirinya memikirkan kembali kelanjutan rumah tangganya. Artinya, seluruh keluarganya akan menyokong dirinya untuk berpisah dengan Suprapto. Keluarga Suprapti murka atas perlakuan-perlakuan yang telah diterima Suprapti selama ini. Bagi mereka Suprapto sudah tidak layak untuk menjadi seorang suami. Suprapti bukan juga tidak memikirkan kemarahan keluarganya, tapi lagi-lagi benturan dengan kebahagiaan ketiga anaknya adalah hal utama baginya.

Begitu juga sahabat-sahabat Suprapti. Semua geram dengan perlakuan Suprapto padanya, semua telah meminta Suprapti untuk hanya satu kata: bercerai!!! Tapi Suprapti tak punya keberanian untuk melangkah. Paling-paling hanya airmata yang bisa menetes deras jika dirinya diultimatun sahabat-sahabatnya.

Bagi Suprapti, kata "Peselingkuh ulung" bukanlah kata yang nyaman untuk didengar, tapi Suprapti hanya bisa menarik nafas panjang dan beristigfar jika itu terucapdan terucap dari mulut Suprapto. Ah....andai saja Suprapti wanita yag pintar, tentu Suprapti juga bisa berkata yang sama bagi Suprapto. Karena sebenarnya saat Suprapti dibiarkan dan tidak disentuh sebagai istri oleh Suprapto, justru Suprapto kena penyakit GO. Penyakit kelamin pada seorang laki-laki yang ditularkan wanita. Andai Suprapti itu wanitanya, ternyata Suprapti adalah wanita bersih, yang tak pernah punya peyakit kelamin. Apalagi itu terjadi saat Suprapti tak disentuh lama oleh Suprapto.

Suprapti tak ingin memperpanjang masalah ini, baginya biarlah itu tanggung jawab Suprapto. Dirinya hanya ingin hidp demi anak-anaknya. Biarlah Suprapto tetap menyatakan dirinya peselingkuh ulung. Baginya saat ini adalah menghantarkan anak-anaknya menjadi manusia yang mempunyai masa depan bahagia, tidak seperti dirinya. Biarlah kata-kata dan hujatan peselingkuh ulung tetap terucap dari mulut Suprapto, dan lagi-lagi hanya airmata yang bisa sedikit menentramkan hatinya, yang penting dirinya bisa melihat anak-anaknya tersenyum.

Entah sampai kapan airmata Suprapti tak terbendung, selama kata-kata peselingkuh ulung, rasa-rasanya airmata itu tetap akan mangelir. Duh Suprapti....nasibmu begitu memelas....

Tidak ada komentar: