Senin, 09 Maret 2009

PEREMPUAN DI HARI PEREMPUAN


Saya ingin bercerita tentang perempuan atas perempuan di hari perempuan. Maksudnya, hari ini hari perempuan, dimana saya perempuan berinteraksi dengan perempuan di hari perempuan. Ini peristiwa hari ini, dan "komunikasi" saya di hari perempuan.
Ada beberapa perempuan yang hari ini bertemu dengan saya, dengan beragam aktifitas, dan bisa menjadi ocehan ringan.

1. Perempuan pertama, mbak Yati penjual coto Makassar.
Ini perempuan pertama yang saya temui saat keluar rumah dan anak-anak minta terlebih dahulu akan coto Makassar.
Biasanya yag ladeni adalah suaminya, tapi tadi kebetulan suaminya lagi menjemput dukun bayi yang akan memijat anaknya yang baru berusia 2 bulan.

Ketika baru menghidangkan soto untuk anak-anak, bayi mbak Yati menangis. Maka kelihatan mbak Yati mulai bingung. Antara meladeni konsumen dan tangis anaknya yang membuyarkan kosentrasinya. Kebetulan giliran kami yang diladeni, maka saya meminta mbak Yati untuk menggendong anaknya duu. Biarlah kami terlambat, yang penting anaknya diurus lebih dahulu.
Toh kami tidak terburu-buru, dan perut juga tidak lapar-lapar sekali.

Tak berapa lama, dengan masih menggendong bayinya, mbak Yati meladeni kami, walau saya meminta nanti-nanti saja, tapi mbak Yati tetap meladeni dengan menggendong bayi. Ternyata mbak Yati pingin curhat dengan saya tentang perkembangan anaknya. Mulai minum susunya yang hanya bisa (maaf) di satu puting, dan yang jam tidur tidak teratur.

Saya coba menjawab semampu dan sepegetahuan saya. Bahwa jika seorang ibu yag putingnya tidak ada, ada beberapa produsen bayi telah menyediakan dot peyambung puting. Dengan harapan si bayi bisa mengisap susu langsung dari ibunya, walau lewat puting sambungan. Walau bukan kapasitas saya, tapi mumpung mbak Yati lagi curhat, maka saya meminta mbak Yati untuk tetap menyusui secara ekslusif bayinya ini. Saya ceritakan pengalaman saya, walaupun saya bekerja, tapi alhamdulillah anak-anak saya saya beri asi ekslusif. Repot memang betul, tapi manfaat ke bayi memang betul-betul terasa.

Banyak hal yang dibicarakan mbak Yati tentang bayinya, dan saya bercerita semampu yang bisa saya jawab. Sebenarnya saya ingin meminjamkan buku-buku perawatan bayi yang masih tersisa, tapi saya pikir, lebih efektif jika ilmu itu ditransfer lewat obrolan. Karena jika buku yang saya berikan, tentu mbak Yati tak punya waktu yang banyak untuk membaca.

Ternyata, pengetahuan perawatan bayi belum sepenuhnya dikuasai oleh perempuan, walaupun perempuan itu seorang ibu.

2. Perempuan kedua, penjaga-penjaga rental vcd. Setelah makan coto,kami beranjak ke peinjaman vcd "Studio One" di jalan gejayan, anak-anak mau pinjam cd. Sebenarnya saya juga mau pinjam vcd tentang tutorial beberapa program. Tapi kebetulan tidak ada, maka sambil menunggu anak-anak yang asyik memilih dan memilah vcd yang hendak dipinjam, saya memperhatikan perempuan-perempuan penjaga rental vcd.

Dilihat dari usianya, mereka berusia antara 20-30 tahun. Isi pembicaraannya, sepertinya hanya "omongin" orang di sela-sela mereka melayani konsumen. Aduuh......sayang banget, bahkan konsumen seakan-akan tidak terlalu diperhatikan. Cukup diladeni sambil lalu saja. Wah....wah.... jika ini diamati pakar-pakar marketing, bisa dibabat habis deh!!! Padahal rental yang saya datangi untuk saat ini adalah yang terbaik di Yogya. Gimana dengan rental yang lebih kecil lagi ya??

Untung anak-anak tak terlalu lama memilih, sehingga pikiran saya tak terlalu "berkecamuk" kegemasan, apalagi teman yag tadi merea rasanin (omongin) rupanya datang. Dan mereka "bisa-bisanya" bersikap biasa-biasa saja. Ealah.....kok beraninya di belakang aja, dan jika di depan sepertinya biasa-biasa saja.

Ternyata, perempuan belum bisa lebih terbuka, jika memang sahabatnya melakukan kesalahan hanya berani dalam tataran "ngomongin" belum sampai tahap yuk kita bicara apa adanya...".

3. Perempuan ketiga, ibu jelita yang mulai melek IT. Setelah pinjam vcd, anak-anak mau membeli alat tulis. Maka kita pergi ke toko Merah yang hanya berjarak 1 km dari studio one. Anak-anak cukup saya sebrangkan, karena mereka bisa memilih dan membeli sendiri. Saya inginnya kembali ke mobil utuk baca koran.

Ternyata memasuki mobil, telpon sudah berbunyi. Cepat-cepat saya jawab. Di ujung telpon suara sahabat saya, Misri yang selalu dengan renyahnya menyapa. Waktu ditanya sibuk gak? Saya jawab gak, karena memang tidak. Tapi dalam hati saya, saya belum baca koran hari ini nih. Dan kalau ibu Jelita ini sudah ngobrol,kami bisa menghabiskan waktu berjam-jam. hehe.... Dari program diet, sampai selingkuh sakinah.

Tapi kali ini topiknya rupanya berbeda. Ibu Jelita mau obrolkan tentang "Blog", gimana menghapusnya. Maka dengan "ilmu bayang-bayang,maka tentir jarak jauh dilakukan. Ibu jelita dengan laptop di hadapanya, dan saya harus mendikte tahap demi tahap apa yang harus dilakukan ibu jelita ini.

Ibu jeita kita ini adalah seorang ibu rumah tangga plus pengusaha yang sukses. Dan akhir-akhir ini di sela waktunya untuk merawat diri agar tetap jelita, di sela waktunya mengurus usaha, e....mulai keranjingan dunia maya. Entah siapa penyebar virus internet bagi ibu jelita ini, yang jelas beberapa waktu lalu sampai bertekad membuat multiply sendiri. Dan khusus yang ini, saya dilarang cerita pada teman-teman.

Saya memang tak ingin bercerita tentang proses ibu jelita kita ini bisa membuat multiply sendiri, dimana "tentirnya" cukup lewat telpon, dan ibu jelita bisa berhasil. Dimana sekarang bisa kita semua bisa akses di: www...........multiply.com tapi saya ingin katakan bahwa:
Ternyata perempuan sekarang sudah menjadikan dunia maya sebagai keseharian

4. Perempuan keempat, seorang kapster di Larissa skin care.
Selesai urusan anak-anak, maka sekarang giliran saya yang hendak melakukan perawatan kulit. Saat facial, kapster yang melayani saya lumayan banyak bercerita, (biasanya saya lebih suka tidur dan menikmati massage), tapi tak apalah.....pasti ada ilmu yang bisa saya dapatkan dengan obrolan ini.

Ibu kapster ini banyak tanya tentang keluarga dan anak-anak saya. Tapi daripada saya yang bercerita semetara wajah saya sedang dimassage,lebih baik saya balik bertanya dan saya cukup mendengarkan sambil menikmati "pijatan" ibu kapster ini.

Betul, akhirny ibu ini banyak bercerita tentang dirinya, tentang kedua anaknya yang kuliah di universitas kristen yang elite di Yogya. Sampai kemudian anaknya menjadi sarjana dan bekerja. Suami ibu ini sebagai pembuat patung dari fiber, tapi harus terpuruk pasca bom Bali. Biasanya order banyak, tapi pasca bom Bali, perekonimian rumah tangga ikut terganggu.

Tapi sebagai ibu, tak ada kata pantang menyerah, dengan keyakinan bahwa: "Tuhan yang menempatkan anak-anaknya kuliah, maka tuhan yang akan memberi jalan", semua aral bisa dilewati. Belum lagi kesyukuran atas nikmat bahwa anak-anak mau mengerti dan memahami keberadaan ibu dan bapaknya. Anak-anak tidak terjerumus dalam pergaulan yang meyesatkan dan yang terpenting ibu ini bisa menjadi "pemersatu" ikatan kekerabatan yang erat antara anak-anak dan orang tua.

Banyak sekali hikmah dari cerita ibu kapster ini, yang kesemuanya bermuara pada:
ternyata perempuan punya power, yang bisa menjadikan rumah tangga tetap kokoh walaupun suami tak bisa banyak berbuat apa-apa.

5. Perempuan kelima, si empunya toko parfum.
Selesai perawata, saya baru ingat kalau parfum isi ulang saya habis. Mumpung masih belum malam, maka atas persetujuan anak-anak kita menuju ke daerah ngabean, tempat langganan parfum saya. Tapi masya Allah.....macet.!!!!! Maklum ini long week end, dan ngabean adalah arus buangan dari keramaian sekaten. Kalau tak ingat parfum ini sebagai parfum spesial (karena wanginya saya suka dan diberikan oleh seseorang yang sangat spesial, heeeem. hehe... Beli yang original, tak semerbak yang isi ulang lho....), maka pasti saya urungkan, tapi terlanjur kami sudah masuk arus, lebih baik lanjutkan saja.

Dengan sedikit terengah-engah karena jalannya jauh,( maklum parkirnya tak bisa di depan toko) sampai juga saya di toko ngabean parfum langganan saya. Saya harus bersabar karena pelayan yang biasa melayani lagi meracik untuk kosume lain. Akhirnya saya diajak ngobrol oleh ibu yang punya toko (berkali-kali saya ke toko ini, baru kali ini saya ketemu).
Mulailah obrolan ringan, tentang macet dan susah parkir jika musim libur. Sampai akhirnya obrolan ke "dunia wanita".

Ibu ini tanya barusan saya facial dimana, kemudian memakai produk bedak apa. Khusus bedak dan cream kulit kebetulan kami memakai produk yang sama, tapi saya perawatan berbeda. Saya memilih perawatan di Larissa karena produknya betul-betul alami, bahan-bahannya semua segar.

Ternyata ibu ini "penjelajah" klinik-klinik skin care, termasuk juga dokter-dokter kulit yang menyediakan produk kosmetik. Banyak sekali info yang saya dapatkan, mulai akupunktur untuk kurus atau gemuk sampai harga bedak yang dibuat dokter. Tak terasa, sampai parfum saya selesai diracik, ibu ini masih bercerita. Jika tak ingat ada satu anak yang menunggu di mobil, tentu obrolan kami masih akan lebih lama.

Ternyata: perempuan-perempuan dimana-mana paling asyik kalau bercerita tentang "keperempuanan".

Andai hari ini masih panjang, tentu saya masih akan banyak menemui perempuan dengan beragam lagak dan lenggoknya. Dan pasti kita semua akan sampai pada satu kata penutup: ternyata perempuan itu macam-macam!!!

(Yogyakarta, 8 Maret 2009 tepat di hari perempuan sedunia. Dalam kegalauan yang belum reda)


2 komentar:

Anonim mengatakan...

Li..emang galau kenapa sih. Panjang amat galaunya. Halau saja sampai ke pulau, atau ...
Mantap Ly, nulisnya udah lancar banget. Apa aja bisa jadi bahan. Yang penting kemauan nulis itu lho. Banyak yang punya ide, tapi nggak bisa mengeluarkannya. Bisa pun menulis, kalau males...sama aja. Nggak akan jadi-jadi.(nj)

l@ mengatakan...

Sssstttt.....aggap aja galau karena mikirin hari perempuan. hehe..... Hidup perempuan!!!