Begini nih kalau teman-teman lama sudah "reuni", yang diceritakan adalah cerita lama,bahkan lamaaaaa banget. Seperti kemarin sore, sepulang kantor saya ditelpon Ramli bahwa temanku ini baru landing di Yogya. Dan jika aku punya waktu, malamnya pingin ketemuan. Saya setuju aja, asal ngajak teman yang lain dan selesai anak-anak makan dan belajar malam. Aku minta Ramli kontak Ilham dan Fatra, dan kalau bisa Nur Kholis.
Aku berusaha menyegerakan pekerjaan rumah, termasuk makan malam anak-anak. Kalau mereka sudah "beres" rasanya meninggalkan rumah menjadi lebih tenang. Ah...toh tak ada batasan waktu, nanti setelah si kecil selesai belajar dan menemani tidur saya bisa tinggalkan rumah untuk silaturrahmi dengan teman.Apalagi posisi Ramli di kauman yang hanya berjarak 7 km dari rumah. Setelah itu baru kami ke tempat Fatra dan janjian dengan Ilham ketemu di tempat makan.
Singkat cerita, setelah 4 sekawan lama ini ketemu, tanpa dikomandani dan tanpa panduan, mulailah mengalir cerita-cerita gado-gado. Mulai sejak zaman kami masih menjadi sama-sama santri di Pabelan, kehidupan rumah tangga sekarang, dan "kenakalan-kenakalan" saat menjalin rumah tangga.
Ramli ini adalah sahabat saya di Pabelan, zaman saya kelas 3, kami memang sangat akrab. Dimulai dengan sama-sama iuran untuk berlangganan majalah Tempo dan Kiblat, sampai benih-benih cinta di hati Ramli terhadap saya. Ramli memang sangat gencar mengejar saya untuk menjadi pacarnya, tapi saya tetap "kekeuh" untuk tidak menerimanya. Saya bisa menjadikan hubungan kami ini dekat tapi bersekat sebagai sahabat, tidak lebih.
Di sisi yang lain, Ramli yag me
Jika dipikir sekarang tentang "romanisme" cinta monyet kami, rasanya memang indah untuk dikenang. Apalagi ternyata di kemudian hari (mungkin) untuk membuktikan kesungguhannya pada saat saya berusia 19 tahun, Ramli datang menemui saya.Sayangnya pada saat itu saya sudah punya teman dekat, dan Ramli melihat sendiri karena menemui saya dan teman saya itu saat kami belajar di p
Perjalanan obrolan kami bukan hanya sampai disitu, karena kemudian Ramli juga banyak bercerita pacar-pacarnya setelah kuliah dan sampai akhirnya memutuskan memilih istrinya sekarang. Memilih istri bukan dengan modalkan cinta, tapi toh bisa sukses mengarungi rumah tangga sampai saat ini. Menurut Ramli istrinya adalah istri yang hebat, istri yang tak punya banyak tuntutan. Dan alhamdulillah mereka bisa mengarungi bahtera itu dengan sukses. Ada beberapa cerita yang agak pribadi, yang rasanya tidak etis untuk menjadi bahan ocehan di blog, tapi menjadi bahan renungan kami.
Waaah.....banyak
5 komentar:
masa lalu memang indah tuk dikenang ada rasa manis, pahit, berganti dari hari kehari, dan ternyata dari masa lalu juga kita banyak belajar menata hidup untuk lebih baik & baik lagi, lalu gimana Li dengan orang semarang yang pernah dekat dihatimu ? ceritain dong ! saya rasa ini bisa lebih menarik, karena dari sinilah surat cinta pertama didapat, ditunggu lho kisahnya ! (AR)
bethoooollll kata si AR lik...hik4567, di tunggu tuh cerita jadul mu yang itu say.../MS
Li.....itu ke itu lagi cerita kalian? Ingat nggak pas kita nyate kambing di Muntilan reuni kemaren dengan Ramli dan Mas Jularso, heboh banget. saling serang, saling nggak ngaku dan...akhirnya ya ketawa-ketawa.(nj)
Mis, kemarin aku sudah minta ijin ke Ilham, jika memang surat cintanya untukmu masih ada, mau discan dan diupload di angera. Oleh Ilham gak masalah, malah pingin tahu isi suratnya seperti apa. Ayolah bu Jelita......sudah dapat exit permitnya, tinggal upload aja kan???? Aku juga seandainya masih menyimpan, pingin diupload, tapi entah ada dimana ya?????
Ayo buka dong Bu Jelita, jangan malu2, di Upload aja, anggap aja kita lagi belajar, bagaimana membuat surat dengan bahasa yang pernah kita lewati, dan seandainya waktu bisa beputar, sy pun ingin menikmati hari2 bagaimana kita belajar saling mengasihi & mencintai dalam penjara suci, tuk mba' Lili seingatnya saja, gimana...........? (AR)
Posting Komentar