Senin, 11 Mei 2009

jika Abil merasa kaya.



Hari ini,sejak saya pulang kantor senyum sumringah selalu tersenyum di ujung bibir kak Abil. Rasanya tidak ada hal yang dibantah oleh Abil. Semua dituruti dengan senyum dan hati ikhlas.
Saat saya siapkan masakan untuk buka puasa dan minta Abil untuk membeli sayur dan tempe mendoan matang saja lansung diikuti. Dan tak protes lagi waktu tahu saya tak jadi masak rendang dan diganti semur daging plus sambel dan es cendol. Padahal keinginannya minum es jelly.

Pulang beli sayur juga tidak dengan wajah masam, walau melewati magrib di warung, dan sampai di rumah sudah tertingal makan. Pokoknya tak ada wajah bersengut apalagi protes, sangat-sangat wajah manis.

Saking manisnya, saat saya peluk Vansa sambil mendengarkannya yang lagi mengaji di atas tempat tidur (sholat magrib duluan karena tidak puasa) Abil datang dengan melompat sampai papan alas tempat tidurnya gemeretak pertanda retak. Hal ini tidak membuat Vansa marah, mungkin karena wajah sumringah Abil yang membuat Vansa tak jadi marah, bahkan menjadi lelucon kami. Mereka "sepakat" penyebabnya bukan karena kak Abil yang tiba-tiba melompat ke tempat tidur, tetapi karena berat badan mama yang gemuk yang menyebabkan ini semua.(ah......payah juga mamanya gak bisa ngurusin badan nih!! hehe)

Belum sampai situ, saat mau sholat magrib, dengan serta merta Abil menawarkan diri menjadi imam (biasanya harus diingatkan kalau ada yang belum sholat dan Abil yang harus menjadi imam). Ternyata, senyum sumringah itu disebabkan karena: "Abil merasa kaya", hehe... Ini Abil ungkap waktu sudah siap menjadi imam, dan saya lagi menunggu Caysa siap-siap sholat.

"Ma, hari kakak rasanya sekarang menjadi kaya", kata Abil sambil senyum-senyum. Lho, emang kenapa? jawab saya sambil tersenyum karena sebenarnya sudah tahu maksudnya.
"Kakak masih punya uang bulanan di mama, kemarin dapat uang bonus papa dari palangkaraya, tadi oma kirim uang ke kakak, tanggal 16 besok kakak ulang tahun, berarti uang kakak nambah terus" kata Abil sambil ketawa-ketawa. Saya hanya melihat rona kebahagiaan dan kepuasan di rona wajah dan pancaran matanya. Mungkin ini ditambah dengan perasaan sangat senang karena kemarin sudah membeli sepatu basket yang terbaik, yang harganya bisa 4 kali harga sepatu mama, sepatu yang diidam-idamkan. E....ternyata pundi uangnya kok masih bertambah terus. (hehe...kakak-kakak, mama ikut senang lihat polahmu sayang)


Saya dan Caysa yang mendengarkan jadi senyum-senyum juga, ikut gembira larut dalam perasaan "merasa kayanya Abil". Perasaan itu masih ada sampai saat Abil mulai takbir, "allahu akbar",pikiran belum kosentrasi. Termasuk rasanya "allahu akbarnya" Abil sebagai orang kaya berbeda dengan biasanya, maka tak terasa kami semua ketawa. Bubarlah jamaah ini, hehe.... dan kami memulai lagi setelah semuanya bisa menahan diri, atas gejolak ;"Abil yang merasa kaya", hehe....

Semoga perasaan ini tiap hari selalu ada ya anakku.....

2 komentar:

Anonim mengatakan...

ini benar2 keluarga mawadah sakinah warohmah Ly...enak dibaca, perlu disimak, bisa menjadi uswah bagi keluarga yg lain, ingin rasanya bertandang ke tempatmu di jogja sana, sekarang Abil kelas berapa Ly? begitu pula dengan Cansa & keysa ! salam untuk mereka & suami terkasih. HM Amien Muchtar

Anonim mengatakan...

Ini ada tulisan bagus soal tersenyum, "Ajak Dunia Tersenyum (Free Download)"

Bagus, tidak ngeres, cari untung sendiri, dll.