Kamis, 21 Mei 2009

Bu.........kalian semua korban suami !!!! (sedikit ocehan tentang poligami)

Rasanya dada saya agak sesak melihat seorang Suprapto yang mengajukan ijin poligami karena sudah puluhan tahun menikah siri dengan Suparti. Sementara Suprapti sebagai istri yang sah dengan sangat terpaksa istrinya mengijinkan demi anak Suprapto.

Akhirnya kata-kata yang keluar dari mulut saya:"Bu Suparti dan bu Suprapti, kalian semua sebenarnya adalah korban dari Suprapto. Suprapti sebagai istri yang sah, menahan diri karena puluhan tahun merasakan penderitaan karena Suprapto menikah siri dengan Suparti, sementara Suparti berkorban perasaan karena selama ini cukup dinikahkan siri oleh Suprapto sampai anak yang dihasilkan menuntut pengesahan nikah".

Serta merta Suprapti langsung menjawab: "Betul bu", sementara Suprapto yang nota benenya berusia jauh di atas saya hanya bisa mengangguk dan Suparti hanya tertunduk. Yah....kata-kata itu harus keluar, biar Suprapto dan semua laki-laki tahu (demikian juga Suprapti, Suparti dan semua perempuan tahu) bahwa untuk poligami, laki-lakilah yang punya peran yang dominan. Bagaimana tidak, atas nama cinta Suprapto telah menjalin hubungan dengan dua wanita.Dan keduanya telah menjadi korban Suprapto.

Kembali ke masalah poligami Suprapto ini, saya ingin sedikit mengisahkan proses sehingga ini bisa terjadi, dan beberapa fakta dan dialog yang terjadi, sebagai gambaran bahwa ternyata poligami itu tidak mudah.

Alkisah, tahun 1992 Suprapto yang sudah memiliki istri(Suprapti) dan anak mulai menjalin hubungan dengan Suparti yang menyebabkan akhirnya mereka menikah siri. Suprapto selain sebagai PNS, juga adalah pekerja seni, dimana Suparti sebagai penyanyi karawitan yang dipimpin Suprapto. Maka terjalinlah hubungan cinta antara Suprapto dengan Suparti yang berujung pada pernikahan diri di tahun 1993.

Pernikahan siri ini, hanya dihadiri oleh keluarga Suparti, dan itupun dilakukan di Jakarta. Pernikahan ini lama-kelamaan diketahui Suprapti, tetapi tidak ditanggapi apa-apa.Kecuali rasa sakit di dalam hati Suprapti dengan pernikahan ini.

Di satu sisi, Suparti juga menikmati kebahagiaan semu. Karena walau secara hukum Islam pernikahan tersebut sah, tapi hukum positif kita tidak memberikan perlindungan apa-apa padanya. Akhirnya....sekian tahun Suparti dalam hidup yang pasti namun tidak pasti. Pasti karena sudah menikah secara hukum Islam, tidak pasti karena negara tidak mengakui pernikahan tersebut.

Bagaimana dengan Suprapti? Sama juga....bertahun-tahun dia menderita batin. Karena suami membagi waktu dan hati pada wanita lain.Pernikahan itu ada, tapi dia tak bisa berbuat banyak. Karena hanya tahu, tapi tak ada bukti. Diam dalam ketidaknyamanan, mungkin itu bahasa yang tepat bagi Suprapti.

Di bawah ini beberapa dialog dengan Suprapti dan Suparti, dan akan jelas terlihat bahwa Suprapti dan Suparti keduanya adalah korban dari Suprapto. Mereka semua akhirnya tak berdaa karena Suprapto.

DENGAN SUPRAPTI
Bu Suprapti, apakah ibu mengenal calon madu ibu?
Ya, saya mengenal. Namanya Suparti

Dimana ibu mengenal Suparti?
Dulu sering ke rumah, karena dia adalah penyanyi karawitan milik suami saya.

Apakah ibu mengetahui kalau suami ibu sudah menikah siri dengan Suparti, dan kapan ibu mengetahui pernikahan tersebut dan siapa yang memberitahu ibu?
Ya saya mengetahui beberapa saat setelah itu, dari suami saya. Ternyata suami saya pamit ke Jakarta untuk beberapa waktu, dan di Jakarta melangsungkan pernikahan siri tersebut.

Bagaimana reaksi ibu ketika itu?
Saya hanya diam dan pasrah.

Apakah setelah pernikahan siri tersebut ibu masih bertemu dengan Suparti?
Saya tidak pernah bertemu lagi dan tidak ingin bertemu.

Apakah ada perubahan sikap dan perilaku suami setelah pernikahan siri tersebut?
Tidak ada, suami tetap seperti sebelum menikah dan setiap hari tidur di rumah.

Apakah ibu mengijinkan suami ibu untuk menikah dengan Suparti?
Ya, saya ijinkan. Bagaimana lagi, sekarang sudah tua. Saya hanya ingin tenang.

DENGAN SUPARTI
Apakah ibu mengenal ibu Suprapti?
Ya, saya mengenai. Itu adalah istri suami saya ( lho.......??? :Lily)

Kapan ibu mengenal dan dimana?
Di rumah pak Suprapto ketika saya berkunjung saat masih menjadi penyanyi karawitan.

Apakah sekarang ibu masih berkunjung ke rumah Suprapto?
Tidak pernah.

Sejak kapan dan mengapa tidak pernah berkunjung?
Sejak saya disenangi bapak dan kemudian menikah. Saya takut berkunjung takut dimarahi ibu Suprapti.

Kapan ibu menikah siri dengan Suprapto?
Tahun 1993

Mengapa setelah sekian lama, baru sekarang diajukan resmi?
Saya pasrah saja. Dan inipun karena anak saya merasa malu ketika hendak masuk SLTA dan tidak mempunyai ayah secara hukum.

Di atas hanyalah "reka dialog" dari kedua wanita. Yang pertama sebagai istri sah dan yang kedua adalah calon istri. Nyata sekali bahwa keduanya betul-betul tidak bisa berbuat banyak atas sikapSuprapto yang notabenenya adalah suami mereka. Hanya kepasrahan yang ada.

Kita tidak bisa sepenuhnya menyalahkan Suprapti dengan mencap dia sebagai perempuan perebut suami. Okelah....mungkin memang Suparti punya memang merebut Suprapto dari Suprapti. Tapi apa kita tahu kondisi Suparti saat itu? Sebagai pekerja di bawah asuhan Suprapto, tentu ada perasaan di bawah kekuasaan bos. Maka jika kita sebagai bawahan kemudian dilamar bos, walau bos jauh lebih tua ( selisih Suprapto da Suparti 19 tahun), keinginan bos tersebut sulit ditolak. Tentu ini juga mungjin ada ketergantungan masalah ekonomi.

Masih ingat, mantan menteri kita di era orde baru yang juga seorang saudagar kaya. Menguasai berbagai bidang bisnis di negara kita. Mulai televisi, property, retail, juga menikah dengan pegawainya yang berusia 25 tahun di bawahnya. Bahkan anak tertuanya lebih tua dari istrinya ini. Tentu banyak orang beranggapan bahwa motif ekonomi lebih mendominan pada perkawinan ini. Demikian juga tentunya dengan Suparti menikah dengan Suprapto, tentu pasti ada angapan motif yang sama.

Kembali ke diaog di atas, bagaimana dengan Suprapti sendiri. Jelas-jelas hanya kepasrahan yang ada. Setelah sekian lama bertahan, maka dengan kesadaran yang ada aka di ujung usia dan atas kesadaran bahwa Suprapti tak bisa melahan takdir, akhirnya diijinkannya juga sang suami untuk mengesahkan pernikahan agama yang telah dijalani selama ini.

Kita mungkin berempati pada Suprapti. Dan itu sah-sah saja. Kita pasti mengangkat topi pada kesabaran dan kepasrahannya selama ini. Tapi seharusnya kita tak boleh berhenti sampai di situ. Kita seharusnya mengobarkan semangat bagi para Suprapti yang lain bahwa jangan boleh diperlakukan demikian. Sebagai istri harus berbuat dan jangan mau diperlakukan demikian, sekalipun dari suami kita. Perjuangkan hak kita, perjuangkan harga diri sebagai istri.

Ada contoh yang sedikit banyak sama, dan lagi-lagi mantan pejabat kita. Kasus mantan menteri sekneg yang konon menikah secara siri dengan penyanyi Machicha Mukhtar hingga melahirkan seorang anak laki-laki. Berita terakhir yang dilansir di media masa, bahwa Machicha mengajukan permohonan penetapan pernikahannya dengan Moerdiono. Tapi kita tak membahas tentang itu. Saya hanya ingin melihat reaksi ibu Moerdiono, andai memang betul suaminya telah menikah secara siri, sampai saat ini kita tak pernah tahu reaksi dari bu Moerdiono atas pernikahan tersebut. Yang jelas, ifotaiment yang paling rajin dan berburu beritapun tak bisa mengendus reaksi dari istri. Dan sebagian orang menganggap ini adalah kepasrahan seorang istri.

Reaksi istri yang pasrah bukan hanya ini, begitu banyak istri-istri yang pasrah. Tentu banyak seali pertimbangannya, antara lain, jika istri ereaksi kemudia masalah ini diproses di, maka yang akan ketimpa masalah adaah keluarga itu juga. Dan lebih baik istri tadi mengambil sikap aman dengan diam, daripada bereaksi sehingga aan menjadi petaka bersama.

Dari tulisan tadi, untuk kasus ini dan mungkin kasus-kasus yang lain, sebenarnya perempuan-perempuan kita ini hanyalah korban dari laki-laki. Dan mungkin kita belum menyadari itu. Oleh karena itu, tak ada salahnya kita mulai mendidik diri kita untuk tidak mau diperdaya oleh laki-laki. Jika memang cinta, okelah...tapi harus dipertanggungjawabkan. Kita tidak boleh menjadi korban seperti Suprapti dan juga Suparti. Ayo perempuan Indonesia, mari kita sadar hak dan sadar hukum bersama-sama. yuuuuk...........













Tidak ada komentar: