Minggu, 16 November 2008
CINTA TAK SELAMANYA HARUS MEMILIKI
Aku punya 2 kisah dari 2 sahabatku. Semuanya memiliki keluarga yang bahagia, tapi sayangnya mereka masih mepunyai cinta masa lalu yang begitu melekat erat. Mereka akhirnya memutuskan untuk tetap menjalin ikatan "cinta" dengan mantan pacarnya, walau sepertinya tak berujung pada lembaga pernikahan.
Aku menulis ini sebagai apresiasi saya terhadap kekuatan cinta mereka. Lepas apakah sebagian orang mengatakan ini sebagai perselingkuhan. Tapi bagiku tidak, karena hubungan yang mereka jalani adalah hubungan hati semata, bukan hubungan fisik. Kalaulah mau dianggap selingkuh, bisa saja ini disebut selingkuh hati.
Yang pertama, sahabat kuliahku. Sebut saja mas Beno. Saat kuliah, mas Beno ini pernah naksir teman kuliah kami, sebut saja Cantik. Tapi sayang Cantik baru saja menerima cinta dari teman sedaerahnya. Akhirnya mas Beno kecewa dan frustasi dengan keadaan ini. Apalagi selama ini hubungan mas Beno dan Cantik sudah cukup akrab.
Akhirnya, Cantik saat masih kita masih kuliah (thn'88) menikah dengan lelaki teman sedaerahnya.Sementara mas Beno masih melalang hatinya kepada beberapa wanita sampai kemudian mas Beno menikah di tahun 2000.
Perjalanan waktu, sejak selesai kuliah mas Beno dan Cantik tidak saling tahu hubungan, sampai suatu saat kami bertemu di Jakarta. Mas Beno mengungkapkan bagaimana masih mencintai dan masih menempatkan Cantik di dalam hatinya yang terdalam.
Saat itu mas Beno meminta bantuanku untuk mencari keberadaan Cantik, syukur bisa mendapatkan nomer kontaknya. Mas Beno hanya membekali saya nama instansi dimana Cantik bekerja. Saya diberi waktu 1 bulan untuk mencarinya. Waktu yag sangat mepet untuk mencari sebuah nama di seantero jagad ini.
Dengan berbekal google, saya mencoba mencari nama Cantik dan keberadaannya. Alhamdulillah, saya kemudian menelpon instansi Cantik untuk mendapatkan nomer telpon Cantik. Singkat cerita hubungan mereka akhirnya terjalin kembali.
Hubungan yag terjalin bukan hanya hubungan pertemanan,tapi hubungan cinta yang lama terpendam. Ada kerinduan, rasa cemburu dsbnya. mas Beno melihat suami Cantik sebagai perebut cintaya, mas Beno selalu mendongkol jika menyebut nama suami Cantik. Di depanku mas Beno menyebut suami Cantik dengan sontoloyo.Mas Beno beberapakali mengadakan pertemuan dengan suami Cantik, untuk urusan pekerjaan. Inipun karena campur tangan Cantik.
Demikian juga Cantik, sangat cemburu dengan istri mas Beno. Setiap hari mas Beno mau pulang rumah, pasti muncul gejolak kecemburuan dari Cantik. Padahal mereka seharian mereka kontak sampai sekitar jam 8 malam, saat mas Beno pulang. Belum lagi hampir seiap minggu ada pertemuan mereka, baik di daerah Cantik, maupun aerah mas Beno. Jarak rumah sekitar 200km tak menghalangi pertemuan rutin mereka.
Sampai saat ini hubungan mas Beno dan Cantik masih mulus, karena pasangan masing-masing belum mengetahuinya. Maklum karena mas Beno maupun Cantik mengusahakan betul-betul tidak berbekas ketika sampai rumah. Semua sms maupun percakapan telpon dihapus.
Saat ini kalau aku tanya, mau diapakan relasi ini? Apakah atas nama cinta, hubungan ini tidak diarahkan ke perkawinan? Mas Beno tidak menjawab, hanya mengatakan bahwa mas Beno hanya ingin menikmati cinta bersama Cantik. Karena tak mungkin juga mas Beno melepaskan keluarga yag dibina selama ini yang menghasilkan seorang anak.
Cantik juga demikian, walaupun rasa cintanya pada mas Beno sangat dalam, tapi rasanya tak ada alasan baginya untuk meninggalkan suaminya. Apalagi mereka telah dikaruniai 3 orang anak yang beranjak dewasa. Entahlah....sampai dimana cinta mereka dipertautkan.
Kisah kedua, dari temanku Jelita. Ini teman saat kami SMP-SMA. Selepas SMA,kami sibuk melanjutkan kuliah, tapi Jelita justru harus menikah dengan seorang saudagar kaya pilihan orang tuanya. Jelita tak mencintai saudagar ini, karena hatinya telah tertambat pada jejaka teman sekampungnya.
Baginya jejaka ini adalah orang yang paling mengerti dirinya, mengerti hatinya, mengerti kemauannya.Pokoknya yang tau Jelita, hanya teman sekampungnya tadi, kita sebut namanya Jejaka.
Walau dilimpahi materi yang lebih, hati Jelita masih dipersembakan bagi Jejaka. Jelita tak mencintai saudagar yag telah menjadi suaminya. Sementara saudagar sangat mencitai Jelita. Wajar saja, karena Jeita ini memang dikaruniai wajah cantik, kulit mulus dan semuanya serba terawat. Sayang benar kalau saudagar melepaskannya.
Hubungan Jelita dan Jejaka tetap terjalin, kadang diadakan di sekolah anaknya, saat Jeita mengantarkan anaknya sekolah. Tapi semuanya itu selalu "dibuntuti" oleh suaminya. Suaminya selalu memantau keberadaan Jelita, kemana Jelita pergi, suaminya selalu membuntuti. Tapi ini tak menyurutkan keinginan Jelita untuk bertemu dengan Jejaka.
Sampai saatnya Jejaka akan menikah, Jejaka meminta persetujuan Jelita. Jejaka meyakinkan Jelita, bahwa dia tidak mencintai wanita ini, baginya Jelita nomer 1 dan segala-galanya. Jejaka menikah, karena dipaksa oleh dosennya untuk menikahi anaknya. Jejaka merasa berhutang budi dengan dosennya, yang selama ini baik dengannya.
Pada dasarnya Jelita sulit menerima kenyataan ini. Rasa cinta yang besar membuat kecemburuan yag begitu dalam. Tapi Jelita tak bisa apa-apa, karena toh Jelita tak bisa juga memberi cintanya pada Jejaka dalam bentuk pernikahan. Menjelang pernikahan Jejaka, berhari-hari Jelita disergap kecemburuan yang dalam.
Saat ini, sudah 20 tahun Jelita menjalin pernikahan, dan lebih 20 tahun menambatkn cintanya pada Jejaka. Hubungan mereka sudah terbuka, suami Jelita mengetahui hubungan ini, demikian juga istri Jejaka. Semua pasangan menghendaki mereka putus, demikian juga Jelita dan Jejaka menghendakinya dan telah mencoba berkali-kali. Bisa putus sejenak, tapi kemudian bersatu kembali.
Suami Jelita pernah mendatangi rumah Jejaka untuk meminta tidak menganggu istrinya, tapi tidak ketemu, hanya bertemu dengan keluarganya. Demikian juga istri Jejaka telah berkali-kali menghubungi Jelita. Tapi ini semua justru masalah bagi hubungan keluarga, karena akhirnya menjadi pertengkaran di masing-masing rumah tangga.
Saat ini Jelita memutuskan untuk tidak komunikasi dengan Jejaka, karena Jelita tidak tega jika Jejaka dimarah-marahi oleh istrinya. Bagi Jelita lebih baik memendam cinta daripada orang yang dicintai diomeli oleh orang yang dibenci.
Entah bagaimana kelanjutan kisah ini, kerena besok belum menjelang.
Sebagai sahabat, aku haru dengan kisah ini. Betapa cinta mereka begitu kuat dan dalam. Tapi ikut prihatin juga, karena cinta mereka tak bisa dipersatukan dalam lembaga pernikahan. Jadi rasanya betul juga pepatah mengatakan bahwa cinta tak selamanya harus memiliki.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar