Senin, 29 Desember 2008
PAPA TELAH BERUBAH (DARI ASAL TEBANG MENJADI TEBANG PILIH)
Papa kalau sudah pegang pedang atau alat pemotong dan mendekati pohon, maka dapat dipastikan main tebang aja. Pokoknya semua tanaman jadi "singset" berkat kelihaian papa yang tebang pilih eh....asal tebang.
Seperti sore tadi, kami semua lagi asyik-asyik bersihkan tanaman depan rumah, e...tiba-tiba papa mulai "meringkas" tanaman mangga dan sawo yang ada depan rumah.Sampe-sampe disapa oleh pak Giarto tetangga kami:"Pak Hudi, kalau nebang jangan banyak-banyak, ntar gak buah lagi mangganya". Maksud pak Giarto, jika papa asal tebang, nanti pada saatnya musim mangga, pohon kami tidak berbuah, padahal mangga-angga tetangga berbuah lebat.
Pak Giarto betul, karena pada musim mangga lalu, mangga kami nyaris tak berbuah (berbuah hanya 2 biji). Padahal sebelum-sebelumnya berbuah banyak, dan bisa jadi "antaran" buat tetangga dan teman-teman."Kemandulan" buah mangga kami karena saking rajinnya papa menebang batang pohonnya, sehingga mangganya "kasep" untuk berbuah.
Untuk yang kali ini, papa lebih hati-hati, yang ditebang hanya yang menjulur ke jalan dan ke halaman tetangga. Akibatnya tumbuhnya mangga semakin ke atas. Siap-siap aja, jika mangganya berbuah, kami memetiknya harus memakai galah.Kalau yang ini bukan karena papa yang asal tebang, tapi karena toleransi dengan tetangga.
Minggu, 28 Desember 2008
UNTUK DIRENUNGKAN
|
VIVAnews - Lembaga Bantuan Hukum Masyarakat (LBH Masyarakat) menilai banyak lembaga hukum Indonesia yang gagal melaksanakan reformasi peradilan.
Dalam refleksi akhir tahun penegakan hukum di Indonesia 2008, lembaga ini menilai dengan menggunakan tujuh aspek penilaian. Ketujuhnya yaitu kinerja, kepercayaan publik, pengawasan internal, penghargaan dan hukuman, integritas, kompetensi dan akuntabilitas lembaga peradilan di Indonesia.
Sepanjang 2008 LBH Masyarakat mengevalauasi institusi hukum dan politik di Indonesia, dengan membuat peringkat. Ada tujuh aspek penilaian terhadap intitusi itu.
Dalam penilaian itu indeks prestasi Mahkamah Agung berada di urutan paling bawah. Kemudian disusul Kejaksaan Agung dan Kepolisian.
Ketua Dewan Pengurus LBH Masyarakat Taufik Basari menilai MA telah gagal secara intitusional dalam melaksanakan reformasi peradilan di Indonesia.
Terlihat dari masalah transparansi dan akuntabilitas kepada publik, serta tidak ada prestasi atau terobosan progresif. Faktor akuntabilitas dan intregitasnya juga sangat rendah. "Itu yang menjadikan kegagalan MA," ujar Taufik
.
Laporan akhir tahun ini juga menyimpulkan keterpurukan tiga institusi hukum ini telah berkepanjangan. Jika tidak segera dibenahi akan menjadi indikator runtuhnya prinsip-prinsip negara hukum.
Untuk posisi paling tinggi adalah KPK, disusul Komnas HAM, Mahkamah Konstitusi, Komisi Yudisial, Pemerintah RI.
KPK memiliki prestasi yang bagus. Sebab lembaga ini dianggap punya akuntabilitas dan kepuasan publik dengan indeks prestasi 2,4. Yang kurang dari KPK adalah rendahnya pengawasan internal lembaga tersebut.
Komnas HAM punya prestasi mampu menyelesaikan kasus tertentu, seperti pembunuhan Munir, kasus Talangsari, dan Lapindo, dengan intergritas yang tinggi, dengan indeks prestasi 2,08. Kelemahan lembagai ini memiliki kewenangan terbatas.
Mahkamah Kontitusi dianggap sebagai model utama peradilan yang modern. Lembaga ini punya sistem akuntabilitas dan transparan yang baik kepada publik.
Masyarakat bisa memantau hasil peradilan. LBH Masyarakat memberikan nilai kepada lembaga ini 1,65 dengan kelemahan pengawasan internal.
Komisi Yudisial dianggap baik setelah menerima penghargaan Bung Hatta Anti Korupsi Watch.
Dengan indeks prestasi 1,21 Pemerintah Republik Indonesia mendapat nilai - 1,04. Punya kelebihan terhadap kepercayaan publik yang tinggi, kelemahannya adalah masalah yang krusial, seperti masalah ekonomi.
Lembaga kepolisian mendapat nilai prestasi - 2,09, dengan alasan banyaknya kasus salah tembak dan salah tangkap, penanganan kasus demontrasi yang masih dengan kekerasan.
Nilai rendahnya ada di akuntabilitas dan integritas. Lembaga ini dinilai tidak memiliki nilai lebih.
Kejaksaan Agung mendapat nilai - 3.02. Kasus Urip Tri Gunawan yang jadi permasalahan. Sepanjang 2008 Kejagung telah mengeksekusi mati 10 orang. Nilai buruknya ada di akuntabilitas dan integritas.
Mahkamah Agung memiliki nilai - 3,07 lembaga ini dianggap gagal melakukan reformasi, lembaga ini tidak transparan dalam peradilan.
Sumber:http://nasional.vivanews.com/news/read/18217-ma_lembaga_paling_gagal
UCAPAN TAHUN BARU HIJRIYAH
1 Tahun "akan" terlewati. Semoga curahan cinta ILLAHI RABBI selalu mengiringi langkah kita di tahun ini...di tahun depan dan tahun-tahun yang akan datang hingga akhir hayat. Selamat tahun baru hijriyah 1420 H (NN)
Selamat Tahun baru 1 Muharam 1430 H semoga amal ibadah tahun ini lebih baik dari tahun kemarin sehingga dikategori oleh Nabi orang yang beruntung (Erni Rabiatul Adawiyah)
Selamat Tahun Baru Hijriyah 1 Muharom 1430 H, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan berkah kesehatan,keselamatan, perlindungan dan hidayah Nya kepada kita semua. Amiien ya Rabbal Alamien................
(Ifah Nuryadin Jama sekeluarga)
Assalamu'alaikum. Dengan semangat Hijriyah semoga Alah SWT selalu memberikan kekuatan kepada kita untuk menghijrahkan diri kepada kebaikan dalam menggapai ridho Nya. Amieien....Selamat Tahun Baru 1430 H. Wassalam. HM. Amien Muchtar.
A Peaceful Soul. A Joyful Spirit. A Healty Body and Heart Full of Love. Turning All your Effort Into Great Achievement. HAPPY & PRORPEROUS ISLAMIC NEW YEAR of Muharram 1st.1430 H. Fauzy and Family
Di bulan Muharrom Nabi Ibrahim selamat dari kobaran api, Nabi Nuh selamat dari Banjir, Nabi Yunus keluar dari perut ikan. Nabi Musa membelah laut selamat dari musuh. Nabi Muhamad selamat dari kepungan musuh (xxx5199)
Selamat tahub baru Hijriyah semoga tahun 1430 H, kita selalu dalam Ridho Nya dan senantiasa dalam kesibukan diri yang dapat mendekatkan diri kita kepada Allah SWT sang Maha Pembuka Hati (Firdha Thawil)
Hijriyah memiliki makna akan adanya suatu perubahan. Perubahan ke arah perbaikan dalam menatap masa depan. Masa depan selalau kita yakini akan lebih baik dan menjadi harapan bersama. (Mt tahun Bru 1430 H) Dirgha.
Jadilah di dunia seperti orang asing jika hari baru datangkatakan kepadanya selamat datang tamu yang mulia sambutlah ia dengan baik yakini dengan menjalanka.... (Azil Makatita)
NATAL DI TIMOHO 130 YOGYAKARTA
Sebelum natal, mami sudah ingatkan untuk bisa silaturrahmi ke bu Siswodiharjo, di Timoho. Jadikan ajang natal, untuk bisa menyambung silaturrahmi dan penghormatan kepada orang tua. Ini pesan yang tersirat dari telpon mami. Rasanya tak salah juga, karena sudah cukup lama saya tidak bersilaturrahmi ke "orang tua" saya semasa kuliah. Bu Sis adalah pemilik rumah kontrakan saya di Timoho. Rumah kami menyatu, tetapi saya menghadap utara dan bu Sis sebagai pemilik rumah, menghadap ke selatan.
Bagi sahabat serta kerabat saya, Jalan Timoho 130 Yogyakarta begitu erat. Ya...karena disini rumah kontrakan kami saat masih kuliah. Pada awalnya saya tinggal bersama dengan adik (Enny) dan saudara sepupu, Rusli dan Nua. Tapi sejak Ennya menikah, Rusli dan Nua kemudian pindah mencari kontrakan sendiri. Maklum disini hanya ada 2 kamar besar dan 2 kamar kecil.
Timoho 130 menyimpan banyak kenangan, karena walau rumahnya sederhana, tapi letaknya sangat strategis. Akses kemana-mana sangat mudah, sehingga tanpa memiliki kendaraanpun kita tak punya kesulitan.
Di rumah ini juga sering menjadi ajang kumpul teman-teman, karena cukup untuk kumpul-kumpul kelompok, bahkan di rumah ini tempat menikahnya Enny dan teman saya dari Manado, Armiaty Hanggi.
Terlalu banyak kenangan yang tersimpan di Jln Timoho 130 ini, termasuk juga keangan-kenangan pribadi saya. Baik yang manis maupun yang pahit. Yang jelas semuanya telah memberi warna bagi saya.
Sayangnya rumah ini sudah tidak layak dipakai lagi. Karena semenjak gempa, pemiliknya belum bisa membangun lagi. Karena tidak mendapat bantuan dari pemerintah. Sedangkan untuk ditempati lagi, rasanya terlalu riskan.
Saat ini masih seperti 20 tahun yang lalu, hanya memang sudah tidak terawat. Halaman yang luas telah berdiri kios, yang menutupi rumah. Mungkin tidak berapa lama lagi, rumah ini akan diambrukkan untuk dibangun kembali. Walau telah ambruk, tapi kenangan saya atas rumah ini tidak ikut ambruk.
RUMUNERASI YANG TAK (PERNAH) PASTI
Miris membacanya, karena sebelumnya ada beberapa perbincangan tentang tunjangan remunerasi yang diharapkan turun pada pertengahan Desember. Dengan harapan, bagi yang merayakan natalan, bisa menikmati uang remunerasi yang diterima setiap 3 bulan.
Tunjangan remunerasi diberikan kepada jajaran Mahkamah Agung jumlahnya memang "membuat iri" instansi yang lain. Tapi konsekuensinya memang cukup berat, paling tidak dari sisi jam kerja saja, kami tidak bisa terlambat sedikitpun. Dan tidak bisa pulang lebih awal. Karena jika itu dilanggar, maka ada pemotongan di tunjangan kinerja tersebut.
Okelah...jika itu memang berimbang, tetapi ternyata sampai saat ini, walau telah kami terima, tapi nyatanya tunjangan tersebut tidak pasti waktunya. Berbeda seperti gaji, dan tunjangan uang makan yang boleh dikatakan waktunya pasti.
Seharusnya Mahkamah Agung juga bisa menerapkan pembayarannya seperti pembayaran gaji dan tunjangan uang makan, sehingga tunjangan remunerasi ini bisa dijaga'ke (Jawa).Paling tidak kita bisa menerapkan hadits nabi "Bayarlah upah sebelum keringat kering". Ini indah sekali, sebagai penghargaan atas kerja yang telah ditunaikan.
Ah....Ini hanya ocehan ringan, jelas takkan sampai di telinga Mahkamah Agung, tapi paling tidak saya bisa mengeluarkan unek-unek, biar dada tidak sesak lagi jika menerima berita yang senada dengan facebook tadi.
GAmbar
http://coffeeoriental.files.wordpress.com/2007/08/uang_melayang_inflasi_by_halim.jpg
Jumat, 26 Desember 2008
BELAJAR MEMBATIK KAYU DI DESA WISATA KREBET BANTUL
Tak jauh dari perumahan kami ada desa wisata Krebet. Walau kami sudah menempati rumah ini hapir 10 tahun, tapi belum pernah menginjakkan kakinya kesana. Sore kemarin, saat jaan-jalan mengitari Bantul, terbersit rasa penasaran untuk mendatangi desa wisata krebet tersebut,
Dengan hanya berbekal petunjuk arah yang biasa ada mendekati persimpangan jalan, kami menelusuri arah menuju krebet. Jika arahnya dari desa industry kasongan, arah menuju barat kurang lebih 4 km. Sesampai perempatan bangunjiwo, kita belok ke kiri (selatan) ikuti jalan itu kurang lebih 1 km, kita akan mendapati pertigaan, yang ke kiri (timur) kea rah Bantul,goa Selarong, sedangkan terus kurang lebih 3 k, menuju desa wisata Krebet.
Kami mengikuti petunjuk. Tidak sulit karena tak ada jalan bercabang. Jalannya cukup luas, cukup untu dilewati dua mobil. Terasa betul kami akan memasuki perkampungan, karena jalan yang kami lewati banyak yang masih berupa hutan jati. Agak mendaki dan berkelok untuk bisa sampai di dusun Krebet.
Ketika memasuki dusun Kreet, suasana “desa kerajinan” seakin terasa. Di sepanjang jalan dipenuhi petunjuk-petunjuk galeri-galeri. Ada yang member nama pribadi seperti Anton Gallery, ada juga yag member nama pewayagan, seperti Punokawan gallery.
Sengaja kami masih menelusuri desa, ingin mengetahui sampai di ujung mana desa wisata ini berakhir. Dan memang sepanjang jalan, berjejer rumah-rumah yang memproduksi berbagai macam handycraft. Mereka memproduksi untuk pesanan luar, dan juga memajangnya untuk wisatawan yang datang. Walau nyaris tak ada wisatawan yang datang. Tak bisa disamakan dengan desa wisata Kasongan, dimana ketika kita melewati jalan menuju kasongan, mobil-mobil wisatawan memenuhi depan gallery pemuat grabah.
Sesampai ujung desa, dan kami perkirakan tak ada lagi pengrajin, mobil langsung berbalik.Dan dari sekian banyak galeri yang ada, pilihan jatuh pada Punokawan galeri, karena disini ada pelajaran membatik. Papa tak perlu mencari parker, karena jalanan sepi dan kita bisa leluasa memilih tempat parkir.
“Kulo nuwun”, sapaan khas orang Jawa saat kita memasuki rumah.
“Monggo…..” dengan ramah penghuni rumah yang saya duga sebagai pekerja kerajinan menjawab.
“Mbak, apa disini anak-anak bisa belajar membatik?”
“Bisa bu, anak-anak bisa belajar membatik kayu, kami ajarkan selama 1 jam dengan biaya Rp 25 rb tiap anaknya. Dan kami akan memberikan alat serta media membatik, yang nanti bisa dibawa pulang”.
“Oke, tolong ya mbak, anak-anak saya ingin belajar membatik kayu”.
Tak berapa lama,setelah mereka mempersiapkan media batik dan melukisnya, anak-anak langsung diberi bangku untuk duduk. Di samping anak-anak sudah ada lilin paraffin serta kompor kecil dan wajan kecil yang berisi lililnparafin cair.
Mulailah Vansa dan Caysa diajari cara memegang canting serta cara duduk ketika membatik. Cara duduk, lutut harus disatukan sebagai penempu kekuatan, sehingga saat kita membatik, media dan tangan kita tidak bergoyang-goyang. Cara menorehkan lilin juga tak perlu terlalu ditekan, sehinggamembatiknya lebih mudah dan lancar.
Khusus meniup lilin saat aru diambil dari wajan, ternyata harus dengan keakhlian khusus, tak semua orang bisa melakukannya. Alih-alih untuk memperlancar jalannya lilin di canting. Malah bisa menyebabkan lilin muncrat dari canting. Alhasil anak-anak tidak diajarkan meniup canting. Cukup setelah menorah lilin, sisa lilin yang decanting ditupahkan lagi dan diambil lilin yang baru.
Vansa yang sudah pernah belajar membatik kain, sudah terlihat lincah. Ini diakui oleh mbak-mbak yang mengajari Vansa. Caysa yag baru pertama kali pegang canting dan pada dasarnya jarang membuat kerajinan, agak kaku.Tapi dengan ketelatenan mbak pengajar, serta ketekunan Caysa, akhirnya Caysa lumayan juga bisa membatik.
Tidak berselang lama, proses membatik sudah selesai. Proses kemuadian adalah pewarnaan kayu. Kayu yang sudah dibatik, kemudian diberi warna. Warna merah dipilih, biar cerah. Memberi warna harus beberapa kali diulang, biar seluruh permukaan kayu tertutup sempurna.Dan terakhir adalah memasak kayu, agar lilin-lilin yang menempel bisa meleleh.
Maka langsung kelihatan betapa indahnya membatik kayu. Kelihatan ekspresi kepuasan dari anak-anak atas hasil membatik kayu mereka. Apalagi di belakang topeng, mereka menorehkan nama masing-masing. Dan sebelum beranjak pulang, topeng batik tadi diberi pengait, biar sesampai di rumah bisa langsung dipajang.
BAGAIMANA JIKA TIDAK JADI IKRAR TALAK?
Sampai dua kali dipanggil, baik Suprapto maupun Suprapti tidak masuk ruang sidang."Ah....mungkin mereka tak jadi" demikian gumam salah satu anggota majelis.Tapi tiba-tiba muncul Suprapti. "Pak, Supraptonya belum datang". kata Suprapti dengan lesu."Suprapto mau melanjutkan perkara ini gak?" tanya ketua majelis. "Saya tidak tahu pak, tapi yang jelas saya ingin perkara ini diselesaikan, saya tak ingin digantung terus dengan masalah perceraian saya"tutur Suprapti dengan memelas.
Inilah resiko dari perkara cerai talak, jika tiba saatnya sidang ikrar talak, dan pihak suami tidak hadir, maka perkara tidak bisa dilanjutkan. Tapi masih ada waktu bagi Suprapto untuk mengucapkan ikrarnya sampai batas waktu 6 bulan.Ketua majelis mencoba menerangkan pada Suprapti.
Kisah di atas, adalah salah satu kemungkinan yang mungkin bisa terjadi jika perkara cerai talak dimana pada saat hari sidang ikrar, suami tidak hadir.
DILEMA SIDANG IKRAR
Dalam perkara cerai talak (perceraian yang diajukan oleh suami), setelah perkara tersebut diputus, dimana suami diizinkan untuk mengucapkan ikrar talaknya pada istrinya, maka jika para pihak tidak ada yang banding, maka majelis akan menentukan hari sidang ikrar talak.
Pada kasus dimana suami dan istri sudah menerima ini sebagai putusan yang harus segera dilaksanakan, maka pada hari yang ditentukan, suami dan istri tersebut akan hadir dan suami akan segera mengucapkan ikrar talaknya terhadap istrinya. Kecuali jika si istri dalam keadaan haid, maka akan ditunggu sampai haidnya selesai.
Masalah akan muncul, jika suami dengan segaja tidak hadir. Yang tujuannya hanya ingin memperpanjang masalah dan mengulur-ngulur waktu. Maka si istri akan menghadapi dilema yang tak menentu. Dia tidak bisa berbuat apa-apa, kecuali menunggu sampai si suami datang ke pengadilan untuk mengucapkan ikrar talak terhadap dirinya.
Penyebab ketidakhadiran suami cukup beragam, selain karena masih ingin mengulur waktu (walau pada dasarnya si suami yang menginginkan), juga disebabkan karena suami belum siap dengan beban pembayaran yang iasa dibebankan padanya. Atau mungkin juga disebabkan oleh suami berubah pikiran kemudian mengurungkan niatnya bercerai dengan istrinya.
Untuk beberapa kasus, dimana si suami belum siap dengan pembebanan, maka majelis cenderung masih memberi waktu pada suami untuk memenuhi kewajibannya. Atau jika para pihak menyetujui,ikrar talak dapat dilaksanakan, tetapi pembebanan nafkah dilaksanakan setelah pelaksanaan ikrar (dilaksanakan di luar pengadilan).
Semua ini dilakukan majelis, sebagai bentuk "toleransi" karena jika terlalu kaku, dimana pihak istri mengajukan eksekusi atas putusan pengadilan, ini memakan biaya dan waktu yang tidak sedikit. Sementara nilai dari eksekusi tidak banyak, maka jalan terbaik adalah kompromi, yaitu ikrar bisa dilaksanakan tetapi pembebanan tidak erabaikan.
SOLUSI BAGI ISTRI
Jika siang ikrar sudah ditentukan, sedangkan suami tidak datang untuk mengucapkan ikrarnya, maka tentu pihak istri lah yang paling dirugikan. Apalagi pihak istri juga ingin segera mengakhiri perkawinan.Jika ini terjadi, maka pihak istri hanya bisa bersikap pasif, tanpa bisa berbuat apa-apa.
Solusi jika terjadi masalah ini al:
1. Mengajukan perkara baru. Disini istri mengajukan perkara baru dimana istri tadi sebagai Penggugat dan suaminya sebagai Tergugat. Konsekuensinya, istri harus membayar biaya perkara. Dan tentunya ini juga harus menyita waktu lagi untuk kembali memulai persidangan sejak awal. Dan akan menjadi kesia-siaaan belaka, jika perkara ini hampir selesai, tiba-tiba suami mengucapkan ikrar talak yang selama ini diabaikan.
2. Mengikhlaskan untuk tidak menerima apa-apa. Ini pilihan sulit, dimana ia harus melepaskan apa yang seharusnya menjadi haknya. Tetapi jika istri memilih untuk ikhlas dan melepaskan kewajiban suami, maka sidang ikrar dapat dilaksanakan.
Beberapa yang menjadi pertimbangan antara lain karena lebih baik ini diterima, daripada perkara ini berlarut-larut.
Ini semua hanyalah bagian kecil dari konsekuensi pahit yang diterima oleh istri jika suami enggan melaksanakan ikrar talak. Padahal pada dasarnya perkara cerai talak justru suami yang menginginkan. Sudah saatnya para suami yang hendak menceraikan istrinya, menuntaskan perkara yang diajukan sampai akhir. Berani memulai, berani mengakhiri dengan elegant.
GOA SELARONG
Libur natal ini, kami merencanakan mau ke gua tabuan di Pacitan. Pasti seru dan mengasyikkan. Apalagi selama ini anak-anak belum pernah piknik ke gua, termasuk kua jatijajar yang tiap ke Jakarta,pasti dilewati.
Tapi ada komentar dek Caysa yang menggelitik:"Ngapain kita jauh-jauh ke Pacitan, kalau gua Selarong yag dekat rumah belum kita datangi". Betul juga ya.... selama ini karena merasa gua selarong letakknya dekat rumah, kemudian menganggap enteng. Kapan ingin, bisa segera kesana.
Kebetulan libur natal ini belum sempat ke gua tabuan, akhirnya diputuskan ke goa Selarong aja dulu. Dan jika waktu memungkinkan, dalam liburan kali ini kita semua pikinik ke goa Tabuan dan langsung ke Tawamangu.Lagi-lagi ini rencana.
Setelah agak siang, juga setelah papa dan mama "memuaskan" tidur pada hari libur, kita semua minus kakak berangat ke goa Selarong. Kakak gak ikut karena menonton pertandingan futsal.Karena tak terlalu jauh dari rumah, sebentar saja kami sudah sampai di pelataran parkir gua Selarong. Dengan ogkos masuk yang sangat murah (Rp 1.000/ orang sudah termasuk asuransi), plus parkir mobil Rp 1.500.- Kami memulai penelusuran menuju goa Selarong.
Menapaki jalan menuju goa Selarong, kami masih melewati rumah-rumah penduduk, yang umumnya memproduksi kerajinan. Ada yang memproduksi patung asmat dan ada juga yang memproduksi souvenir kipas batik. Yang jelas pangsa pasar pengrajin tersebut bukan untuk pengunjung goa Selarong. Hanya kebetulan saja mereka tinggal di kaki goa Selarong.
Sebelum mendekati anak tangga pertama, di sebelah kirinya ada pejual-penjual buah. Papa langsung menerangkan kalau dahulunya wilayah Selarong terkenal dengan pohon-pohon jambu biji. Maka umumnya penjual menjajakan buah yang tumbuh dekat goa Selarong. Dan yang menarik, semua penjual adalah nenek-nenek, yang berumur sekatar 60-65 tshun.
Menaiki anak tangga yang cukup curam dan sambil menengok ke atas, "waah...betapa curam dn tingginya nih", pikir mama. Tapi melihat mbak Aya dan adek dengan santainya berlari ke atas, ya.....ayo juga!!! Walau perlahan-lahan, yag jelas harus sampai ke atas.
Sesampai di atas, adek langsung nanya: "Mana goanya?" Mama juga clelilukan nyari. Mencari "lobang di kaki gunung" yang bernama selarong. Papa yag nyusul kemudian menunjuk lobang yang lebih kurang kedalaman 2 meter dan lebar 3 meter serta tinggi 1,5 meter."O......ini guanya", apalagi di atasnya tertulis "GOA PUTERI".
Ini semua jauh dari angan-angan mbak Aya dan adek tentang sebuah goa. Mereka membayangkan yang namanya goa itu adalah lubang di kaki gunung, yang memanjang, gelap dan bisa tembus ke arah yang lain. Angan-angan yang telah terbentuk dengan membaca seri petualang di koran atau menonton di televisi.
Dengan rasa sedikit kecewa karena tidak sesuai dengan yang dibayangkan, mbak Aya dan dik Caysa naik lagi menuju ke atas. Rasa penasaran menapaki tangga-tangga yang dibuat pengelola, Indah dan terawat. Adek yang sampai duluan di atas langsung turun. "Ma, gak ada apa-apanya".
Betul juga, jika yang divari adalah goa, di atas memang tak ada apa-apanya. Di peta lokasi tadi tertera kalau yang paling atas adalah gardu pandang. Yang mama lihat hanyalah banyaknya pasangan remaja (boleh dikata anak-anak) yang berpacaran. Melihat dari penampilan mereka, mereka bukan berasal dari kota, mereka berasal dari sekitar Bantul saja. Yang teretik dalam pikiran mama: "Ini nih....yang menyebabkan banyaknya angka kasus menikah di bawah usia di Bantul".
Karena baru terasa sesaat dan belum puas, istilah mama "Retribusi seribu rupiah kok minta puas dan bagus", adek mencoba kembali ke pelataran goa. Di sisi baratnya ternyata ada goa kakung. Bentuknya lebih kecil dari goa puteri. Tak cukup untuk berdiri orang dewasa. Di situ banyak sekali terdapat bekas-bekas sesajen berupa kembang-kembang. Mbak Aya langsung nyeletuk "Waah....ini namanya musyrik ya!!"
Kalau mama terbayang ini tempat istirahatnya pangeran Diponegoro. Lha...kalau guanya hanya untuk cukup satu orang, dimana tempat pengikut yang lain istirahat? Ada sedikit tetesan air dari atas, dan dari gua ini juga kita bisa melihat air terjun yang tidak terlalu besar. Tapi untuk kesana, rasanya malas juga. Kami hanya menikmati pemandangan yang betul-betul masih asri.Plus foto-foto berlatar pemandangan itu.
"Udah yuk....turun, lapar nih. Kita cari makan yang paling enak di bawah"canda papa. Mana ada tempat makan yang paling enak, tadi kita berjalan yang jualan makan hanyalah berupa indomie.Sesampai di bawah, memang tak mungkin kami makan di warung yang ada. Justru hati tertarik dengan beberapa penjual buah. Bukan jualannya, tetapi penjualnya yang sudah tua-tua. "Ah.....kasihan juga, berbagi sedikit kebahagiaan deh". Makanya papa kemudian meminta air dalam kemasan, dan mama kemudian membeli buah sirsat
Ini tentu bagi para "konsultan keuangan" bukan sikap yang positif, karena membeli sesuatu yang tidak kita butuhkan. Ah....tapi terserah deh, hati nurani kita mengalahkan hal-hal yang bersifat teoritis tadi. Apalagi ketika kita membeli dengan rasa kasihan, harga yang kita bayarkan melebihi harga kepatutan.
Karena perut yang semakin lapar, kami bergegas ke mobil. Berharap bisa segera pergi dan mencari makan. Sesampai di pelataran parkir, sejenak memandang peta lokasi Goa selarong. Setelah dicermati, ternyata peta itu sangat tidak akomodatif. Tidak menunjukkan jalan, serta keberadaan kita sekarang. "Mbak Aya, ini jadi bahan tulisan ya?". Dan langsung diiyakan. Kamipun meninggalkan goa Selarong dengan kesan yang biasa-biasa saja.
(Foto-foto selengkapnya di: www.keluargahudiyanto.multiply.com)
Kamis, 25 Desember 2008
WISATA KULINER BAKMII MBAH MO
Hari ini pulang kantor sudah Isya. Rumah sepi, hanya ada papa sendirian. Kakak rupanya ke mesjid rapat remaja mesjid untuk persiapan peringatan 1 Muharram, mbak Aya dan adek lagi di lapangan,si mbak sudah masuk kamar.
Perut terasa lapar, dan lagi gak berselera makan hidangan di meja. Kebetulan papa juga gitu. Ya udah..."Cari makan yuk?" ide spontan keluar. Kemana ya? Aha....ada warung bakmi tersohor di Bantul yang belu pernah kita datangi. Dulu pernah mau mampir tapi nyari gak ketemu. "Ya...kita ke bakmi mbah Mo Bantul aja" kami sepakat.
Anak-anak diajak, semula pada malas ikut. Maklum sudah menjelang jam 8 malam, sudah ngantuk. Alasan lain, gak mau makan bakmi, maunya ayam bakar emper ijo Bantul aja, plus perginya naik motor."Waduuuh....mbak Aya dan adek kan sudah makan, jadi sekarang ikutin mama dan papa yang belum makan dong",kamicoba berdalih. "Kalau naik motor, paling-paling pulangnya ngantuk, kerepotan kalau semua tidur di motor".
Akhirnya anak-anak mau, walau harus mundur waktunya karena mereka minta mencoba main egrang yang baru mama belikan. Jam mendekati 9 malam, baru berangkat. Anak-anak minta lewat jalan "gunung dan berkelok",lewat arah gua selarong. Oke ajalah.....!! Walau menjadi agak lebih jauh dari rumah.
Ternyata mencari bakmi Mo, desa code Bantul, tak terlalu sulit. Dari Rumah sakit umum Bantul, ke Arah Barat (Manding), kemudian ada perempatan ringroad, kita belok kiri (ke utara), jarak 500 meter, ada gapura kemudian belok kanan (barat), masuk gapura. Di depan sudah ada petunjuk warung bakmi mbah Mo, kami ikuti saja.
Walau agak "nyempil" tapi kami mudah mencarinya, karena ada papan petunjuk. Sebuah iklan rokok telah mensponsori pembuatan iklan petunjuk tsb. Kami hampir melewati gang menuju warung. Gang yang hanya cukup dilewati satu mobil. Tapi ketika melihat di halaman dalam gang banyak sekali mobil parkir, sudah dapat diduga disitulah tempat warung bakmi mbah Mo.
Sampai parkiran, mbak Aya dan adek sudah tidur. Ya udah....kita titip mereka ke tukang parkir. Nanti jika bangun, mama dan papanya lagi di warung. api belum juga kami beranjak, mereka bangun. Dengan langkah lunglai, ikut juga, dengan bekal bantal yang bisa menopang kepala saat ngantuk.
Lumayan ramai juga, tapi ketika pelayannya ditanya:"Antrinya banyak pak?" spontan dijawab:"Enggak bu, tidak banyak". Wah.....biasa emang begitu jawabannya, biar pembeli sejak awal tidak merasa lama.
(santai menunggu hidangan)
"Bu, disini tidak ada es" tiba-tiba kami disusul pelayan, karena mungkin setelah membaca menu pesanan kami semua minumnya berupa dingin. Papa es teh, dek Caysa es jeruk,mama dan mbak Aya air es. "Ya....."anak-anak spontan menyahut menunjukkan kekecewaannya."Ssssttt....ini artinya warung bakmi ini benar-benar warung Jawa", kata saya. Melihat anak-anak yang masih menunjukkan rona kekecewaan, penjualnya menimpali:"Disini adanya teh botol dek". "Ya udah....anak-anak teh botol, dan papa teh jahe dan satu air putih", jawab saya.
Agak ama juga minuman baru datang. Ini membuat dek Caysa mulai mengantuk dan mulai tidur-tiduran. (Inilah enaknya kalau makan di warung, bisa santai) sedangkan Vansa masih asyik membaca. Ketika minum datang, belum ada yang menyentuh, kecuali papa yang pingin nyicip rasa teh jahenya.
Kira-kira 30 menit berselang, datang pesanan. Yang tentunya pertama untuk anak-anak. Menu kami malam ini, semua sama. Bakmi putih godog. Tapi karena dibuatnya satu per satu, maka punya anak-anak dulu yang siap. Sayangnya ketika bakmi datang, Vansa sudah tidur.
"Mbak....ayo bangun. Ini bakminya sudah datang".Ah.....Vansa tak bergeming. Walau sudah 3 kali kami mencoba membangunkan. "Ya sudahlah...biarlah kalau mau tidur. Toh mereka sudah makan malam. Tapi rupanya Caysa gak enak kalau makan sendiri."Waah... enak bangeeeet bakminya" gumam Caysa yang membuat Vansa tergoda untuk bangun.
Selasa, 23 Desember 2008
WEB KELUARGA HUDIYANTO
Selama ini, masing-masing anggota keluarga mempunyai web sendiri-sendiri, kemudian terbetik keinginan untuk mengumpulkannya menjadi satu, tanpa harus menghapus web atau blog yang sudah ada. Maka akhirnya dibuatlah web bersama di: www.keluargahudiyanto.multiply.com
Moga-moga jika sudah ada blog ini, kakak yang selama ini paling malas menulis, bisa menulis kembali.Mbak Aya yang takut karyanya dicontek orang lain, bisa tambah yakin bahwa jika memang karya kita dicontek orang lain, kita dapat membuktikan bahwa kita lebih dahulu memiliki, karena dalam setiap posting ada tanggal yang tak bisa diubah orang lain.
Semoga web ini bisa jadi penyemangat anak-anak untuk tambah rajin menulis, apalagi dek Caysa yang tiap posting meminta honor ke mama.
UCAPAN DI HARI IBU
Yang sedang membaca sms ini adalah ibundaku
Yang sangat baik padaku
Berkahilah dia ya Allah
Limpahkanlah Rizki Mu padanya
Bahagiakanlah dia
Kuatkan Imannya
Berikanlah dia kenikmatan ibadah
Perkayalah dia dengan keilmuan
Hiasilah hatinya dengan kesabaran dan kasih sayang
Muliakanlah wajahnya dengan ketaqwaan dan
Perindah fisiknya degan kesehatan
Mudahkanlah semua urusannya
Ampunillah segala dosa dan segala kesalahannya
Amiin Ya Rabbal Alamin...
Selamat Hari Ibu
(Saifuddin)
KASIH IBU
Pun ketika cawan itu telah mengering
Kau tuangkan wangi aroma kembang teh
Menyuburkan persemaian cinta yang telah kita bangun
Denyut kehidupan yang nyaris koma
Kau pompa dengan ketulusanmu mendampingiku
Kasih sayangmu serupa semilir angin
Berhembus menyapu kegundahan
Tangan lembutmu laksana seutas tali
Senantiasa terulur menggapai asa yang nyaris musnah
Terbakar kemarau yang tak pernah ramah
(Diah R)
KASIH ibu
Ibumu masih ada? atau senasib denganku?
kata-kataku begitu terbatas untuk mengungkap kasih ibu yang sehangat
dekapan.
Hari ini, lelaki setua ini masih saja tak bisa menahan rindu yang
meronta-ronta pingin memeluk ibu...
Meski telah kucoba menghalau debu-debu
(cecep s)
HARI IBU DI MATA ANAK-ANAKKU
Seperti tahun-tahu sebelumnya anak-anak memberi hadiah di hari ibu. Hadiah yag dibuat sendiri. Sederhana tapi sangat menyentuh. Satu buku yang hanya berisi 4 lembaran kertas yang menggambarkan diri mereka dan mamanya. Juga amplop bersususn sebagai simbol mamanya diberi rejeki yang berlapis-lapis.
Terima kasih anakku.... I Love you too.
Senin, 22 Desember 2008
RENUNGAN DI HARI IBU ATAS 3 WANITA DI BALIK PERSIDANGAN
Hari ini, hari ibu, anak-anak kita mengucapkannya dan memberi kita "penghargaan" yang begitu besar. Begitu juga kita kepada ibu kita. Rasa hormat dan kasih sayang kita haturkan pada orang tua kita yang begitu besar jasanya bagi kita, sejak melahirkan sampai menghantarkan kita pada jenjang perkawinan.
Hari ini nyaris di setiap pemberitaan, menampilkan penghargaan-penghargaan itu terhadap wanita-wanita tangguh yang berjuang untuk hidupnya maupun hidup keluarganya. TApi tak ada pemberitaan yang menyuguhkan wanita yang dalam posisi lemah memperjuangkan haknya.
Saya mencoba membagi sosok 3 wanita lemah tadi, yang mungkin bisa jadi pelajaran bagi kita semua.
1. SUPRAPTI PERTAMA
Adalah seorang janda kemudian dipoligami oleh Suprapto. Mereka menikah selama 16 tahun, dimana Suprapti membantu sepenuhnya kehidupan keluarga. Suprapti dan Suprapto sama-sama menjual sate. Semua hasil dikelola oleh Suprapto, sehingga mereka mampu membeli harta benda yang cukup banyak.
Dalam perjalanan waktu, istri pertama Suprapto mulai menguasai harta-harta yang diperoleh, termasuk juga harta yang diperoleh Suprapti. Alhasil kemudian istri pertama Suprapto mengusir Suprapti dan menguasai warung sate milik Suprapti.
Akhirnya Suprapti pergi meninggalkan rumah tanpa apa-apa. Suprapti tak mengetehui berapa banyak harta yang didapat selama perkawinan. Suprapti tak mempunyai dokumen-dokumen atas kepimilikan harta yang diperoleh selama perkawinan.
Suprapti kemudian memilih menyeesaikan harta gono-gini yang menjadi haknya lewat pengadilan agama. Bukan pekerjaan mudah ketika kita sudah memilih menyelesaikan persoalan lewat pengadilan. Apalagi masalah perdata, yang diutamakan adalah kebenaran formil.
Suprapti hampir putus asa, tuntutan yang semula panjang, dipangkas dengan meminta Suprapto membayar sebagian saja. Suprapto tak bergeming, takkan memberikan apa-apa, karena merasa sudah dipermalukan oleh Suprapti.
Disini menunjukkan bahwa selama ini, Suprapti tidak punya peran sama sekali dalam masalah domestik, khususnya keuangan dalam keluarga. Suprapti hanyalah mesin pencetak uang, dimana hasilnya dikuasai sepenuhnya oleh Suprapto.
Ketika masalah terjadi, dimana akhirnya mereka harus berpisah, Suprapti tak memiliki apa-apa. Suprapti tidak tahu apa saja yang telah diperoleh selama pernikahan.Dokumen-dokumen kepemilikan benda-benda tersebut dikuasai sepenuhnya oleh Suprapto.
Dari kisah ini, ada hikmah yang bisa kita ambil. Bahwa dalam masalah perekonomian rumah tangga, kita tidak boleh pasif, apalagi hanya jadi mesin pencetak uang. Boleh istri bekerja, tetapi juga harus mudah mendpat akses terhadap harta yag dimiliki dalam perkawinan.
2.SUPRAPTI KEDUA
Suprapti ini adalah wanita yang dinikahi Suprapto selama 36 tahun dan telah memiliki anak dan cucu. Dalam pernikahannya kerap Suprapti diperlakukan kasar oleh Suprapto. Selama ini Suprapti mencoba bersabar, mengingat anak-anak yang masih kecil.
Bukan hanya itu saja, Suprapto juga mempunyai hubungan dengan wanita lain. lagi-lagi Suprapti masih menerima ini dan tetap mencoba mempertahnkan rumah tangga. Apalagi saat ini Suprapto telah pensiun dari BUMN yang cukup ternama.
Karena sikap Suprapto yang tak berubah, suatu saat ada laki-laki yang memberi perhatian pada Suprapti. Gayung bersambut, cinta Suprapti berpaling pada laki-laki itu pada usia Suprapti yang menginjak ke 51 tahun.
Mengetahui cinta Suprapti berpaling (padahal sudah lama Supraptpo menghianati Suprapti, Suprapto berang dan menuntut bercerai. Karena telah lama menanggung beban penderitaan akibat ulah Suprapto, di hari ibu ini tanpa merasa susah, Suprapti dengan mantap menyatakan kesediaannya untuk bercerai.
Hikmah yang bisa kita dapat, bahwa Suprapto itu adalah lelaki yang egois. Dia bisa berbuat apapun semaunya. Dan giliran Suprapti membalas dengan hal yang sama.Suprapto tak bisa menerima dan membalasnya dengan perceraian.
3. SUPRAPTI KETIGA
Tiga Tahun yang lalu Suprapti mengadu nasib di Malaysia sebagai TKW. Disana Suprapti bertemu dengan Suprapto. Setelah sesaat berpacaran, mereka menikah, dimana Suprapti harus berhenti menjadi TKW dan tinggal di rumah orang tua Suprapto. HAnya Suprapto yang mengadu nasib di Malaysia.
Menginjak usia pernikahan yang pertama, Suprapto mendapat kabar dari pamannya bahwa jika ingin rumah tangganya selamat, segera pulang. Sesegera kemudian Suprapto pulang. Di rumahnya Suprapto melihat bahwa istrinya sering sms dan telpon dengan orang lain. Suprapto langsung menyimpulkan bahwa Suprapti telah berselingkuh.
Suprapti mengelak, dan menyatakan bahwa dia hanya bersms dengan sahabat dan keluarga. HP miliknya selalu diletakkan begitu saja, jika Suprapto ingin menyelidik isi HP silahkan saja. Sementara HP Suprapto tak boleh dibuka oleh Suprapti, hal yang tidak fair menurut Suprapti.
Suprapto dengan pongahnya mengembalikan Suprapti pada orang tuanya, walau sebenarnya Suprapti masih ingin memperbaiki hubungan perkawinan mereka. Suprapti akan mengalah, Tapi semua tak digubris Suprapto.
Disini kita bisa melihat bahwa lagi-lagi keegoan suami terhadap istrinya. Banyak menuntut, tetapi tidak mau dituntut.
Dari 3 wanita di atas, masih nyata-nyata bahwa di hari ibu ini masih banyak suami-suami yang tidak menghargai istrinya. Mereka cenderung egois. Mereka mau menang sendiri. Ketika kesalahan itu mareka lakukan, tak membuat mereka permisif. Tetapi jika dilakukan istri mereka, ini tak boleh. Kemudian tak ada kata maaf,langsung mengajukan perceraian. Ah...betapa naifnya Suprapto-Suprapto kita ini.
(gambar diambil dari:syaghafan.wordpress.com)
Minggu, 21 Desember 2008
"KAMPANYE" PENGURUS OSIS
VISI, MISI, DAN PROKER
KETUA OSIS
PERIODE 2009-2010
VISI
Menjadikan OSIS Pawitikra sebagai organisasi yang disegani baik oleh warga sendiri maupun ke sekolah lain
MISI
- Menjadikan OSIS sebagai organisasi yang lebih dikenal oleh warga sekolah
- Merencanakan rencana utuk masa mendatang yang lebih baik
- Merencenakan dan mengadakan(sebagai panitia) kegiatan-kegiatan siswa yang lebih menyenangkan dan mendidik
PROGRAM KERJA
Program kerja merupakan rencana kongkret yang akan dijalankan selama masa kepemimpinan untuk mencapai keadaan yang telah dituliskan dalam visi. Berdasarkan visi dan misi diatas maka beberapa program kerja saya rencanakan sebagai berikut:
- Menyerap dan memperhatikan keinginan dari teman teman sekolah dari berbagi latar belakang (kelas, agama, keinginan, dan lain lain)
- Mengonsultasikan rencana kegiatan dengan Bapak Kepala Sekolah dan guru yang ditunjuk oleh sekolah.
- Menanyakan kepada Pembina OSIS tentang kegiatan sekolah yang bisa mengikutsertakan OSIS
- Membuka blog di internet untuk menjalin kerjasama dan saling pengertian diantara pengurus dan anggota OSIS
- Menjalin kerjasama dengan OSIS SMP di sekolah yang lain
Tulisan di atas saya ambil dari catatan Abil. Dalam benak saya, anak-anak sekarang sudah sedemikian maju untuk berorganisasi. Untuk anak SMP aja, mereka harus mempresentasikan diri kemudian mengkampanyekan diri agar bisa menjadi ketua OSIS.
Beda dengan zaman orang tuanya,pola kampanye masih sangat sederhana, dan tanpa harus dipusingkan dengan presentasi.
Ini kemajuan yang sangat berarti, paling tidak ketika mereka terpilih menjadi pengurus OSIS, janji-janji yang muncul saat kampanye harus bisa mereka realisasikan dalam masa kepengurusan yang hanya setahun.
Hidup remaja Indonesia!!!