Kamis, 25 Desember 2008

WISATA KULINER BAKMII MBAH MO


Hari ini pulang kantor sudah Isya. Rumah sepi, hanya ada papa sendirian. Kakak rupanya ke mesjid rapat remaja mesjid untuk persiapan peringatan 1 Muharram, mbak Aya dan adek lagi di lapangan,si mbak sudah masuk kamar.

Perut terasa lapar, dan lagi gak berselera makan hidangan di meja. Kebetulan papa juga gitu. Ya udah..."Cari makan yuk?" ide spontan keluar. Kemana ya? Aha....ada warung bakmi tersohor di Bantul yang belu pernah kita datangi. Dulu pernah mau mampir tapi nyari gak ketemu. "Ya...kita ke bakmi mbah Mo Bantul aja" kami sepakat.

Anak-anak diajak, semula pada malas ikut. Maklum sudah menjelang jam 8 malam, sudah ngantuk. Alasan lain, gak mau makan bakmi, maunya ayam bakar emper ijo Bantul aja, plus perginya naik motor."Waduuuh....mbak Aya dan adek kan sudah makan, jadi sekarang ikutin mama dan papa yang belum makan dong",kamicoba berdalih. "Kalau naik motor, paling-paling pulangnya ngantuk, kerepotan kalau semua tidur di motor".

Akhirnya anak-anak mau, walau harus mundur waktunya karena mereka minta mencoba main egrang yang baru mama belikan. Jam mendekati 9 malam, baru berangkat. Anak-anak minta lewat jalan "gunung dan berkelok",lewat arah gua selarong. Oke ajalah.....!! Walau menjadi agak lebih jauh dari rumah.

Ternyata mencari bakmi Mo, desa code Bantul, tak terlalu sulit. Dari Rumah sakit umum Bantul, ke Arah Barat (Manding), kemudian ada perempatan ringroad, kita belok kiri (ke utara), jarak 500 meter, ada gapura kemudian belok kanan (barat), masuk gapura. Di depan sudah ada petunjuk warung bakmi mbah Mo, kami ikuti saja.

Walau agak "nyempil" tapi kami mudah mencarinya, karena ada papan petunjuk. Sebuah iklan rokok telah mensponsori pembuatan iklan petunjuk tsb. Kami hampir melewati gang menuju warung. Gang yang hanya cukup dilewati satu mobil. Tapi ketika melihat di halaman dalam gang banyak sekali mobil parkir, sudah dapat diduga disitulah tempat warung bakmi mbah Mo.

Sampai parkiran, mbak Aya dan adek sudah tidur. Ya udah....kita titip mereka ke tukang parkir. Nanti jika bangun, mama dan papanya lagi di warung. api belum juga kami beranjak, mereka bangun. Dengan langkah lunglai, ikut juga, dengan bekal bantal yang bisa menopang kepala saat ngantuk.

Lumayan ramai juga, tapi ketika pelayannya ditanya:"Antrinya banyak pak?" spontan dijawab:"Enggak bu, tidak banyak". Wah.....biasa emang begitu jawabannya, biar pembeli sejak awal tidak merasa lama.

Sambil berjalan menuju kursi di pojok, saya hanya melirik meja makan pembeli lain, untuk baca situasi kira-kira masih banyak yang belum terlayani atau sudah pada posisi makan dan selesai makan.
(santai menunggu hidangan)

"Bu, disini tidak ada es" tiba-tiba kami disusul pelayan, karena mungkin setelah membaca menu pesanan kami semua minumnya berupa dingin. Papa es teh, dek Caysa es jeruk,mama dan mbak Aya air es. "Ya....."anak-anak spontan menyahut menunjukkan kekecewaannya."Ssssttt....ini artinya warung bakmi ini benar-benar warung Jawa", kata saya. Melihat anak-anak yang masih menunjukkan rona kekecewaan, penjualnya menimpali:"Disini adanya teh botol dek". "Ya udah....anak-anak teh botol, dan papa teh jahe dan satu air putih", jawab saya.

Agak ama juga minuman baru datang. Ini membuat dek Caysa mulai mengantuk dan mulai tidur-tiduran. (Inilah enaknya kalau makan di warung, bisa santai) sedangkan Vansa masih asyik membaca. Ketika minum datang, belum ada yang menyentuh, kecuali papa yang pingin nyicip rasa teh jahenya.

Kira-kira 30 menit berselang, datang pesanan. Yang tentunya pertama untuk anak-anak. Menu kami malam ini, semua sama. Bakmi putih godog. Tapi karena dibuatnya satu per satu, maka punya anak-anak dulu yang siap. Sayangnya ketika bakmi datang, Vansa sudah tidur.

"Mbak....ayo bangun. Ini bakminya sudah datang".Ah.....Vansa tak bergeming. Walau sudah 3 kali kami mencoba membangunkan. "Ya sudahlah...biarlah kalau mau tidur. Toh mereka sudah makan malam. Tapi rupanya Caysa gak enak kalau makan sendiri."Waah... enak bangeeeet bakminya" gumam Caysa yang membuat Vansa tergoda untuk bangun.
(santai menunggu hidangan)

Tak berapa lama, giliran bakmi mama yang datang, kemudian papa. Kamipun menyantap dengan nikmat, dengan beberapa komentar. Menurut papa, bakminya terasa agak "nek" dan teh jahenya lebih enak yang di dukuh.Mbak Aya merasa lebih enak yang di depan kecamatan madukismo. Sedang mama dan adik merasa maknyusss.

Tidak ada komentar: