Senin, 22 Desember 2008

RENUNGAN DI HARI IBU ATAS 3 WANITA DI BALIK PERSIDANGAN



Hari ini, hari ibu, anak-anak kita mengucapkannya dan memberi kita "penghargaan" yang begitu besar. Begitu juga kita kepada ibu kita. Rasa hormat dan kasih sayang kita haturkan pada orang tua kita yang begitu besar jasanya bagi kita, sejak melahirkan sampai menghantarkan kita pada jenjang perkawinan.

Hari ini nyaris di setiap pemberitaan, menampilkan penghargaan-penghargaan itu terhadap wanita-wanita tangguh yang berjuang untuk hidupnya maupun hidup keluarganya. TApi tak ada pemberitaan yang menyuguhkan wanita yang dalam posisi lemah memperjuangkan haknya.

Saya mencoba membagi sosok 3 wanita lemah tadi, yang mungkin bisa jadi pelajaran bagi kita semua.
1. SUPRAPTI PERTAMA
Adalah seorang janda kemudian dipoligami oleh Suprapto. Mereka menikah selama 16 tahun, dimana Suprapti membantu sepenuhnya kehidupan keluarga. Suprapti dan Suprapto sama-sama menjual sate. Semua hasil dikelola oleh Suprapto, sehingga mereka mampu membeli harta benda yang cukup banyak.

Dalam perjalanan waktu, istri pertama Suprapto mulai menguasai harta-harta yang diperoleh, termasuk juga harta yang diperoleh Suprapti. Alhasil kemudian istri pertama Suprapto mengusir Suprapti dan menguasai warung sate milik Suprapti.

Akhirnya Suprapti pergi meninggalkan rumah tanpa apa-apa. Suprapti tak mengetehui berapa banyak harta yang didapat selama perkawinan. Suprapti tak mempunyai dokumen-dokumen atas kepimilikan harta yang diperoleh selama perkawinan.

Suprapti kemudian memilih menyeesaikan harta gono-gini yang menjadi haknya lewat pengadilan agama. Bukan pekerjaan mudah ketika kita sudah memilih menyelesaikan persoalan lewat pengadilan. Apalagi masalah perdata, yang diutamakan adalah kebenaran formil.

Suprapti hampir putus asa, tuntutan yang semula panjang, dipangkas dengan meminta Suprapto membayar sebagian saja. Suprapto tak bergeming, takkan memberikan apa-apa, karena merasa sudah dipermalukan oleh Suprapti.

Disini menunjukkan bahwa selama ini, Suprapti tidak punya peran sama sekali dalam masalah domestik, khususnya keuangan dalam keluarga. Suprapti hanyalah mesin pencetak uang, dimana hasilnya dikuasai sepenuhnya oleh Suprapto.

Ketika masalah terjadi, dimana akhirnya mereka harus berpisah, Suprapti tak memiliki apa-apa. Suprapti tidak tahu apa saja yang telah diperoleh selama pernikahan.Dokumen-dokumen kepemilikan benda-benda tersebut dikuasai sepenuhnya oleh Suprapto.

Dari kisah ini, ada hikmah yang bisa kita ambil. Bahwa dalam masalah perekonomian rumah tangga, kita tidak boleh pasif, apalagi hanya jadi mesin pencetak uang. Boleh istri bekerja, tetapi juga harus mudah mendpat akses terhadap harta yag dimiliki dalam perkawinan.

2.SUPRAPTI KEDUA
Suprapti ini adalah wanita yang dinikahi Suprapto selama 36 tahun dan telah memiliki anak dan cucu. Dalam pernikahannya kerap Suprapti diperlakukan kasar oleh Suprapto. Selama ini Suprapti mencoba bersabar, mengingat anak-anak yang masih kecil.

Bukan hanya itu saja, Suprapto juga mempunyai hubungan dengan wanita lain. lagi-lagi Suprapti masih menerima ini dan tetap mencoba mempertahnkan rumah tangga. Apalagi saat ini Suprapto telah pensiun dari BUMN yang cukup ternama.

Karena sikap Suprapto yang tak berubah, suatu saat ada laki-laki yang memberi perhatian pada Suprapti. Gayung bersambut, cinta Suprapti berpaling pada laki-laki itu pada usia Suprapti yang menginjak ke 51 tahun.

Mengetahui cinta Suprapti berpaling (padahal sudah lama Supraptpo menghianati Suprapti, Suprapto berang dan menuntut bercerai. Karena telah lama menanggung beban penderitaan akibat ulah Suprapto, di hari ibu ini tanpa merasa susah, Suprapti dengan mantap menyatakan kesediaannya untuk bercerai.

Hikmah yang bisa kita dapat, bahwa Suprapto itu adalah lelaki yang egois. Dia bisa berbuat apapun semaunya. Dan giliran Suprapti membalas dengan hal yang sama.Suprapto tak bisa menerima dan membalasnya dengan perceraian.

3. SUPRAPTI KETIGA
Tiga Tahun yang lalu Suprapti mengadu nasib di Malaysia sebagai TKW. Disana Suprapti bertemu dengan Suprapto. Setelah sesaat berpacaran, mereka menikah, dimana Suprapti harus berhenti menjadi TKW dan tinggal di rumah orang tua Suprapto. HAnya Suprapto yang mengadu nasib di Malaysia.

Menginjak usia pernikahan yang pertama, Suprapto mendapat kabar dari pamannya bahwa jika ingin rumah tangganya selamat, segera pulang. Sesegera kemudian Suprapto pulang. Di rumahnya Suprapto melihat bahwa istrinya sering sms dan telpon dengan orang lain. Suprapto langsung menyimpulkan bahwa Suprapti telah berselingkuh.

Suprapti mengelak, dan menyatakan bahwa dia hanya bersms dengan sahabat dan keluarga. HP miliknya selalu diletakkan begitu saja, jika Suprapto ingin menyelidik isi HP silahkan saja. Sementara HP Suprapto tak boleh dibuka oleh Suprapti, hal yang tidak fair menurut Suprapti.

Suprapto dengan pongahnya mengembalikan Suprapti pada orang tuanya, walau sebenarnya Suprapti masih ingin memperbaiki hubungan perkawinan mereka. Suprapti akan mengalah, Tapi semua tak digubris Suprapto.

Disini kita bisa melihat bahwa lagi-lagi keegoan suami terhadap istrinya. Banyak menuntut, tetapi tidak mau dituntut.

Dari 3 wanita di atas, masih nyata-nyata bahwa di hari ibu ini masih banyak suami-suami yang tidak menghargai istrinya. Mereka cenderung egois. Mereka mau menang sendiri. Ketika kesalahan itu mareka lakukan, tak membuat mereka permisif. Tetapi jika dilakukan istri mereka, ini tak boleh. Kemudian tak ada kata maaf,langsung mengajukan perceraian. Ah...betapa naifnya Suprapto-Suprapto kita ini.
(gambar diambil dari:syaghafan.wordpress.com)

Tidak ada komentar: