Sabtu, 13 Desember 2008

VANSAKU YANG PERFEKSIONIS



"Punya anak yang perfeksionis bagaimana rasanya?" Pertanyaan ini pernah diajukan teman saya setelah mengetahui anakku Vansa mempunyai kecendrungan ke arah sifat itu.
"Ada enaknya dan ada kerepotannya". Enaknya karena semua yang dikerjakannya selalu menghasilkan sesuatu yang baik. Hidupnya penuh keteraturan, dan mencoba menghasilkan sesuatu bernilai sempurna. Kerepotannya kurang bisa kompromi dan toleransi. (Saya bukan psikolog, tapi menjawab atas yang saya amati keseharian Vansa).

Contohnya sangat jarang kita dapatkan isi tas Vansa "berantakan", karena setiap hari Vansa mengatur tas sekolahnya dengan rapi. Urut-urutannya jelas pasti, sesuai kehendaknya. Itu baru masalah tas. Kamarnya adalah miliknya, diatur sesuai kehendaknya. Dan jangan pernah ada salah taruh barang yang bukan miliknya, karena tanpa basa-basi barang tersebut akan dikeluarkan dari kamarnya.

Selama ini saya selalu mencoba mengajak Vansa untuk melihat sesuatu bukan hanya hitam-putih. Tapi ada nilai abu-abu. Allah saja menciptakan peralihan malam ke siang dengan perlahan-lahan, demikian juga sebaliknya siang ke malam pun kita melewati masa peralihan. Hidup itu bukan seperti kita di ruang gelap kemudian nyalakan lampu "ON", dan tiba-tiba terang. Dan jika ingin gelap, cukup "OFF" maka kita langsung merasa gelap.

Seperti tadi sore, saat kami belanja telur ayam di salah satu supermarket, Vansa saya minta memilih telur untuk dimasukkan diplastik. Vansa saya beritahu jika memilih telur, pilihlah yang berwarna coklat (pertanda kulitnya tebal) dan bersih, (tak ada tempelan kotoran di luarnya). Setelah itu saya tinggalkan Vansa sendiri memilih telur yang ada dihadapannya.

Tak berapa lama kemudian, saya datangi lagi Vansa, berharap Vansa telah selesai memilih 2 kg telur untuk kami beli. Ternyata........dalam kantong plastik Vansa hanya ada 1 butir telur!!! Setelah saya tanyakan, kenapa hanya satu yang terpilih. Serta merta Vansa menjawab kalau yang lain tidak baik, karena kurang coklat dan agak kotor.

Saya hanya menyadari, bahwa inilah bagian dari sifat perfeksionisnya. Dari 3 kas telur yang jumlahnya mungkin 600 butir, Vansa hanya mendapatkan 1 butir yang baik. Saya kemudian mengajak Vansa sama-sama memilih telur, sambil meperlihatkan bahwa masih banyak yang bagus. Soal agak kotor dan tidak coklat sekali, tak apa-apa,tetap beli saja karena kita bisa membawanya lebih hati-hati dan sampai di rumah bisa segera dicuci.

Sepertinya masih perlu waktu lama bagi saya untuk menyadarkan Vansa bahwa kita cukup mendapat sesuatu yang mendekati sempurna. Karena sulit untuk mendapatkan kesempurnaan seperti yang kita inginkan, karena kesempurnaan yang hakiki adalah milik Allah.

Tidak ada komentar: