Senin, 05 Januari 2009

GUA TABUHAN YANG BENAR-BENAR GUA




"Ini nih yang namanya gua". itu komentar Caysa saat pertama melihat gua tabuhan. Gimana tidak, sebelumnya mereka melihat gua selarong yang nyaris tidak bisa dimasuki. Sangat dangkal dan sempit.

Mulut gua Tabuhan sangat lebar, bagaikan pintu gerbang. Jadi anak-anak bisa langsung memasuki celah ruang di bawah gunung itu dengan nyaman. Hawa dingin bagaikan di ruang yang difasilitasi penyejuk langsung menyergap. Wah.....nyaman sekali. Melihat stalagtit dan stalagnit membuat kita sangat kagum akan penciptaan Allah. Begitu indah.

Belum lagi kita harus "berhitung", bahwa proses pembentukan stalagtit dan stalagnit yang memerlukan berjuta tahun, Masya Allah.....betapa indahnya. Selincah apapun tangan pematung, rasanya tak mungkin bisa menandingi keindahan alami ini.

Kami baru beranjak 20 meter, ternyata sudah dihadang dengan kegelapan.Kami tak mungkin menembus kegelapan itu. Kemudian muncul pemandu amatir (sepertinya memang dibuat demikian, penerang diminimkan untuk memberi peluang bagi pemandu untuk bisa mengais rejeki) yang menawarkan penerang sampai di dalam.

Rasanya tak nyaman dengan cara demikian, tapi rasanya tak mungkin juga untuk mengapaikan. Perjalanan yang ditempuh sangat panjang dan ketaknyamanan ini harus ditepis juga, demi bisa menikmati sampai ke ujung gua.

Alhasil dengan bekal beberapa buah senter, kami menelusuri kedalaman gua. Kadang harus menuduk agar supaya kepala tidak terbentur batu. Sampailah kami di ujung gua, dimana di dalamnya ada rongga yang cukup untuk satu orang duduk. Konon ini tempat bertapanya Ki Sentot Ali Basah, panglia perangnya pageran Diponegoro.

Penerangan sangat lumayan, karena di tempat pertapaannya dan di ujung gua, lampu yang ada cukup bisa menerangi. Kakak langsung mencoba masuk dan duduk di tempat pertapaan tadi. Haha....inilah kalau punya anak lelaki, rasa penasarannya sangat tinggi.

Kami tak bisa lama-lama di dalam gua, karena rasanya sangat panas. Kami harus berigsut keluar, biar tidak seperti sauna di dalam gua. Dan sebelum beranjak keluar, papa mencoba menabuh salah satu stalagtit, yang bisa berbunyi. Ini yang menjadi cikal bakal kenapa gua ini disebut gua Tabuhan.

Tidak ada komentar: