Sabtu, 31 Januari 2009

Nasib di hari Minggu (25 Jan 09)




Dibilang "sial" rasanya tidak, dibilang "apes" juga tak sepenuhnya. Mungkin nasib aja kali, kami mampir di dua resto, tapi nyaris tidak bisa mendapat apa-apa.
Ceritanya Ahad (25 Januari 2009) kemarin, mau jemput kak Abil yang lagi Latihan Dasar Kepemimpinan (LDS) di kaliurang.
Nah, mumpung ke arah utara, maka diputuskan akan mampir makan di resto air boyong kalegan. Anak-anak paling senang kesini, bukan karena menunya, tapi karena bisa main getek.

Kalau orang tuanya, tentu milih resto "lombok ijo" yang hampir berdekatan dengan boyong kalegan. Karena di resto ini kita makan sehat, menu ala desa sayur lombok ijo, nasi merah dan semuanya tidak memakai penyedap rasa. Tapi mama-papa kalah suara dengan anak-anak yang memilih ke boyong kalegan.

Sesampai di boyong kalegan, ternyata semua bale-bale terisi penuh. Sudah memutar tak dapat juga, maklum ini hari libur dan masa long week end, tamu-tamu dari luar kota memenuhi semua bale-bale.Sempat dapet satu bale, tapi kemudian ditempati orang, ya....sebagai orang sabar (ehem....) biarlah, kita menunggu siapa tahu ada yang segera kosong. Dan untuk mengisi waktu, maka anak kita main getek dulu.

Ternyata, sampai selesai main getek dan kak Abil sudah telpon kalau segera minta dijemput, tak ada satu balepun yang kosong. Alhasil, hari itu kami ke boyong Kalegan hanya untuk main getek. Dan bagi anak-anak, ini tak masalah, karena tujuan utama ke boyong kalegan, untuk main getek, bukan makan
Setelah jemput kakak di villa RRI Kaliurang, dan setelah jalan-jalan sbentar, perut sudah mulai lapar. Akhirnya diputuskan makan di mbah Carik di kaliurang. Semua memsan makanan sesuai dengan selera masing-masing.

Tunggu punya tunggu, ternyata makanan kami belum dimasak, karena yang datang kemudian sudah disajikan lebih dulu. Selidik punya selidik, nota pemesanan yang diantar anak-anak, tak diteruskan ke pantry. Alhasil pesanan makanan tidak terlayani. (Ini akibat mama yang selalu mempercayakanke anak-anak, mengajarkan mereka mansiri, tetapi kondisi sosial belum bisa menerima. Belum menagangggap anak-anak layak dilayani sebagai sososk mandiri. Nota pesanan mereka bukan menjadi perhatian).

Ya...udah deh, karena waktu sudah sore dan kami harus turun, maka batalah makan di mbah Carik. Hanya "untungnya" sebelum memesan makanan pokok, mama sudah membeli duluan jadah dan tempe bacem, yang sore itu bisa menjadi "pengganjel" perut yang mulai melilit.

2 komentar:

afyuza@blogspot.com mengatakan...

Kacian deh...jadi laper dong...
Kayaknya enak banget tempatnya untuk urusan perut, jadi mau!
Tuh, anak-anak kayaknya emang menikmati main geteknya walau nggak dapat makanan. Tapi ada lho foto yang paling menarik, yakni foto dua sejoli. Duh..mesranya. Sayangnya ekspresi keduanya kok beda, ya. Yang satu sumringah (kali seneng banget merangkul sang istri, ingat masa muda dulu), yang satunya asem banget (kelaparan kalee). He...

Rudi Utomo mengatakan...

Keluarga yang luar biasa, yang bisa menjadi ispirasi buat orang lain..., terutama aku. Good luck Mam...